Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PENYAKIT hepatitis C banyak ditemukan pada pasien ginjal kronis yang menjalani hemodialisis (cuci darah).
Kemungkinan, penyebabnya, ia tertular saat menjalani hemodialisis.
Meskipun insidennya menurun, penderita masih cukup banyak.
Berdasarkan data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, misalnya, pada 1997 masih didapatkan 72% pasien hemodialisis yang terinfeksi hepatitis C.
Namun, di 2011 jumlahnya menurun jadi 38%.
Sementara itu, di RS Sardjito, Yogyakarta, dan RSUD Dr Soetomo, Surabaya, angkanya ialah 55% dan 76,3%-88%.
"Infeksi hepatitis C memang dapat menimbulkan penyakit ginjal meskipun kejadiannya relatif kecil daripada melalui penularan hemodialisis," terang Ketua Peneliti Hati Indonesia (PPHI), dr Irsan Hasan SpPD-KGEH, dalam diskusi bertajuk Infeksi Hepatitis C dan Penanganan
Komplikasinya yang diselenggarakan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kelompok pasien hepatitis C yang juga menderita gagal ginjal sejatinya diprioritaskan untuk mendapat pengobatan. Namun, terapi untuk kelompok tersebut masih terkendala.
"Kami di PPHI juga belum sepakat, apakah pasien hepatitis C dengan penyakit ginjal kronis ini semua harus diobati? Karena kalaupun diobati, kemungkinan tertular lagi tinggi."
Di masa lalu, ketika pengobatan hepatitis C masih mengandalkan obat jenis interferon, bila kondisi sirosis (pengerasan hati, dampak hepatitis C kronis) masih skala sedang, pasien tidak diobati karena efek samping pengobatan lebih berat.
"Tetapi sekarang, di era DAA (direct acting antivirus, obat antivirus baru untuk hepatitis C), seharusnya dapat diobati karena keberhasilan pengobatan hepatitis C dengan DAA lebih dari 90%," ujar Irsan.
DAA yang ada saat ini di Indonesia, yaitu sofosbuvir, tidak direkomendasikan untuk penderita gangguan ginjal.
Saat ini sebenarnya sudah ada DAA yang aman, yaitu grazoprevir dan elbasvir.
Namun, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Wiendra Woworuntu, untuk sementara obat itu belum masuk program BPJS karena pihaknya masih memprioritaskan pengobatan koinfeksi hepatitis C dan HIV. (Nik/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved