Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
SATU tanda kemabruran haji adalah kemampuan mengendalikan diri dari penyebaran fitnah, ghibah, hoax, ujaran kebencian, dan segala aktifitas yang dapat memecah belah bangsa.
Hal itu diungkapkan Anggota Amirul Hajj yang juga Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh dalam ceramah yang disampaikan saat Wukuf di Arafah pada Kamis, (31/8)
Turut hadir dalam ceramah di tenda missi haji Indonesia itu antara lain Menteri Agama RI, Ketua Komisi VIII DPR RI dan rombongan, Konjen RI di Jeddah, Anggota BPK, Anggota BPKH, Anggota KPHI, dan para petugas serta jamaan haji Indoensia.
Lebih lanjut Niam menjelaskan, di tengah perkembangan dunia media sosial (medsos) sebagai buah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seringkali kita terjebak pada saling hina, saling caci, hanya karena perbedaan pandangan dan orientasi.
"Penggunaan media sosial di tengah masyarakat seringkali menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar, hoax¸ fitnah, ghibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmoni sosial. Saatnya jamaah haji menjadi agen perubahan. Berkata yang baik, atau diam", jelasnya.
Allah SWT menegaskan perintah menjauhi prasangka dan larangan ghibah serta mencari-cari kesalahan orang lain.
"Ini untuk mencegah terjadinya konflik dan rasa permusuhan antar sesama", jelasnya.
Karenanya, ungkap dosen Pascasarjana UIN Jakarta ini, setiap kita penting untuk menjaga ucapan dan perbuatan agar jangan sampai menyakiti orang lain, baik individu maupun kelompok, terlebih kepada orang tua dan pemimpin kita. Nabi Muhammad saw mengajarkan dan memerintahkan untuk bertutur kata yang baik dan menjadikannya sebagai salah satu indikator keimanan kepada Allah,
"Fenomena penyebaran hoax sebagai industri, yang diorganisir secara rapi, baik untuk tujuan ekonomi maupun politik adalah fenomena yang sungguh mengkhawatirkan, dan harus dicegah. Karena jika dibiarkan, akan terus menyemai benih konflik horisontal, perpecahan dan mengarah pada disintegrasi bangsa,"tegasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, haji yang mabrur meniscayakan komitmen perang teerhadap rafats fusuq, dan jidal. Ibadah haji harus memancarkan spirit anti hoax, ujaran kebencian, dan senantiasa bermuamalah secara beradab, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
"Revolusi mental harus dimulai dari kemampuan mengendalikan diri, bersikap adil, dan selalu memilih kata-kata yang baik dalam menyampaikan pandangan. Jika tidak mungkin, maka lebih baik diam. Kita tidak mengumbar cacian dan hinaan, meski untuk tujuan yang baik. Tujuan yang baik harus menggunakan cara yang baik." (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved