Bangkit sebagai Orangtua Tunggal

(AT/M-3)
03/8/2017 03:00
Bangkit sebagai Orangtua Tunggal
(MI/Ardi)

TIDAK hanya berjuang untuk para perempuan lainnya, kehidupan Asih Nur Candra sendiri juga penuh perjuangan. Setelah mendapat pengalaman kelam di usia remaja, sebagai perempuan dewasa ia harus menerima pahitnya menjadi orangtua tunggal. Hal itu terjadi setelah Candra ditinggalkan pria yang menghamilinya. Meski merasa khawatir akan mendapat penolakan dari lingkungan dekat, termasuk orangtuanya, Candra teguh memilih tetap mempertahankan kandungan. Ia pun memilih menjalani kehamilan sendiri dengan tinggal di rumah indekos. Setelah melahirkan, ketakutan yang lain muncul, yaitu khawatir kesulitan administrasi kependudukan.

Beruntung, ketakutan-ketakutannya tidak terbukti. Ia dapat mengurus dengan lancar akta kelahiran untuk buah hatinya. Orangtua dan teman-temannya pun mendukung keputusannya sebagai orangtua tunggal. Kini sudah 12 tahun ia menjalani peran sebagai ibu sekaligus ayah. Dari pengalaman yang sudah dilalui, Candra mengatakan dukungan dari lingkungan, seperti orangtua dan teman-teman terdekat, sangat dibutuhkan dalam melewati masa-masa sulit. Dari merekalah, semangat untuk tidak mudah menyerah muncul.

"Saya juga punya supporting group, yaitu Single Parent Indonesia," kata dia. Dari forum itu, banyak hal yang dibagi dan dipelajari perihal menjadi orangtua tunggal. Dari berbagai pengalaman itu, Candra bisa berkata dengan mantap bahwa bangkit dari keterpurukan bukan hal yang mustahil. Namun, upaya bangkit itu harus diawali dengan pengetahuan tentang hak-hak. Dari situ perempuan dapat lepas dari berbagai kontrol yang membelenggu dan kemudian dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Sayangnya kini, di lingkungan sosial masih banyak tindakan dan stigma yang membuat perempuan merasa inferior.

Perasaan rendah diri ini juga kerap terkait dengan faktor ekonomi. Dari berbagai kasus yang ditemui, Candra melihat perempuan akan lebih berani mengambil keputusan ketika memiliki ekonomi yang kuat. "Beberapa kasus perempuan yang masih bertahan dalam kondisi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) biasanya ketergantungan ekonomi sangat tinggi terhadap suami," kata dia. Candra pun melihat pentingnya perempuan untuk memiliki teman. Dengan bersosialisasi dan berbagi cerita, pikiran akan lebih terbuka termasuk soal pilihan-pilihan hidup.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya