Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Lawatan ke Universitas Stanford (4) - Terus Melahirkan Inovasi yang Mendunia

Rizal Mallarangeng/X-5
20/7/2017 06:06
Lawatan ke Universitas Stanford (4) - Terus Melahirkan Inovasi yang Mendunia
(THE SHOCKLEY BOYS: Dr William Shockley (duduk sebelah kanan) di tengah the Boys setelah pengumuman pemenang Hadiah Nobel Fisika 1956. -- Wikipedia)

DOKTOR William Shockley bersama timnya, the Shockley Boys, mampu mengembangkan transistor yang semula bersifat ‘individual’ menjadi jaringan terintegrasi dalam suatu lempeng persegi berlapis silikon, dengan luas permukaan sekuku jari (mikrocip).

Pada perkembangannya, lempeng­an kecil itu dilengkapi dengan fungsi komputasi dan memori (mikroprosesor) sehingga itu menjadi salah satu inovasi terpenting di abad ke-20, sebagaimana mesin uap pada abad sebelumnya.

Dalam rangkaian penemuan itu, yang terjadi selama kurang lebih 10 tahun, lahir berbagai perusahaan baru yang kemudian dikenal sebagai America’s high-tech giants, seperti Fairchild Semiconductors dan Intel. Hampir semuanya didirikan, di­pimpin, dan dikembangkan pecahan dari the Shockley Boys, seperti Robert Noyce dan Gordon Moore.

Banyak dari perusahaan baru itu digagas dan memulai debut mereka di Stanford Industrial Park pada akhir 1960-an. Jumlahnya lebih dari seratus, yang mempekerjakan setidaknya 20 ribu pegawai, sebagian di antaranya doktor dan profesor. Mereka kemudian berkembang di sekitar Palo Alto, seperti Cupertino dan Mountain View.

Satu hal yang juga tidak boleh diabaikan bahwa perkembangan pesat itu turut dipicu situasi saat itu, khususnya Perang Dingin dan perlombaan antariksa antara AS dan Uni Soviet. Program Apollo dan pendaratan Neil Armstrong di Bulan tidak mungkin terjadi tanpa bantuan komputer dan itu membutuhkan mikrocip. Tidak mengherankan, pada awal perkembangannya, NASA ialah konsumen terbesar produk baru ini.

Selain itu, pemerintah AS bekerja sama dengan Universitas Stanford membuat sebuah laboratorium fisika yang terdepan saat itu, SLAC National Accelerator. Pusat riset itu sudah menghasilkan tiga peraih Hadiah Nobel serta menjadi kontributor penting kelak bagi lahirnya internet dan begitu banyak inovasi turunannya.

Di samping pemerintah, kelompok financiers di New York turut memegang peranan penting.

Mereka merumuskan metode baru bagi pembiayaan start-ups di Palo Alto, yaitu mekanisme modal ventura. Salah satu pionirnya yang terkenal ialah Arthur Rock.

Tokoh ini menyuntikkan dana awal bagi Robert Noyce cs untuk mendirikan Intel. Hanya dalam tiga tahun, modal awal ini sudah berlipat beberapa kali. Cerita ini menarik banyak pemodal lainnya. Mereka membuka kantor pada umumnya di Sand Hill Road, persis di samping Universitas Stanford, dan menjadi pelumas bagi cepatnya pergerakan high-tech capitalism, kunci perkembangan wilayah ini.

Palo Alto, Universitas Stanford dan daerah sekitarnya mengalami transformasi, berubah dengan wajah seperti yang kita kenal sekarang. Sejak awal 1970-an, penggunaan nama Silicon Valley mulai meluas, menggantikan sebutan lama daerah kecil ini, the valley of delight.

Sangat fleksibel
Dengan ditemukannya mikropro­sesor dan munculnya Intel sebagai sa­lah satu raksasa baru Amerika, tugas Lembah Silikon bisa dianggap ‘selesai’. Tanpa inovasi apa pun setelahnya, pencapaian ini sudah cukup mengharumkan nama Universitas Stanford dan wilayah sekitarnya.

Dengan semua itu bisa dikatakan pencapaian Universitas Stanford hingga awal 1970-an pantas mendapat catatan tersendiri. Barangkali pada titik itu perguruan tinggi ini sudah sangat membanggakan pendirinya, Leyland dan Jane Stanford.

Namun, ternyata the Stanford story tidak berhenti di situ. Mikroprosesor dan Intel bukan akhir, tetapi justru awal yang memicu perkembangan yang lebih luas dan lebih cepat.

Mikroprosesor rupanya a very fertile device, sangat fleksible, serta mudah dimanfaatkan untuk mendukung berbagai aplikasi. Sebagai se­buah ‘mesin’, ia dalam dirinya sen­­diri terus berkembang pesat.
Satu contoh saja sudah cukup me­­nakjubkan kita. Jumlah transistor pa­­da mikrocip dalam komputer Apollo 11 yang membawa Amstrong ke Bulan, ‘hanya’ di kisaran ratusan ribu, sedangkan dalam Iphone 6 seka­rang ini jumlahnya dua miliar.

Dengan fondasi teknologi baru seperti ini, begitu banyak inovasi yang kemudian lahir di Lembah Sili­kon pasca-1970. Daftarnya tentu akan terlalu panjang untuk diuraikan secara lengkap di sini. Dari segi industri-bisnis, sebagaimana dijelaskan Michael Lewis dalam bukunya, The New New Thing, A Silicon Valley Story (2000)--semua inovasi ini telah menghasilkan ’the greatest legal creation of wealth in the history of the planet’.

Tokoh-tokoh yang berperan di ba­lik inovasi itu silih berganti dari satu generasi ke generasi berikut­nya. Namun, di antara mereka, Steve Jobs barangkali layak mendapat tempat tersendiri. Dengan memadukan science dan artistry dalam napas yang sama, dia melangkah cukup jauh melampaui mentornya, Robert Noyce.

Steve Jobs bukan semata pencipta teknologi. Serangkaian inovasi yang lahir lewat tangannya atau timnya dalam pemanfaatan teknologi tersebut--dari komputer personal, Ipod, Ipad, hingga Iphone--secara keseluruhan hanya mungkin disebut sebagai an act of genius.

Saat dipimpin tokoh ini, Apple seolah tanpa henti melakukan disrupsi, dan dengan semua itu menjadi perusahaan teknologi terbesar Amerika, melampaui pencapaian para pendahulunya. (Rizal Mallarangeng/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya