Rektor Diimbau Tangkal Radikalisme

MENTERI Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek dan Dikti) M Nasir mengimbau para rektor se-Indonesia mengantisipasi radikalisme agar tidak masuk kampus. “Rektor harus bertanggung jawab. Jangan sampai mahasiswa dimasuki paham radikal atau terorisme. Ini yang saya imbau kepada para rektor,” kata Nasir seusai perguruan tinggi se-Jawa Timur mendeklarasikan antiradikalisme, di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim, Surabaya, Kamis (6/7).

Nasir mengatakan perguruan tinggi berperan sebagai ujung tombak bela negara dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Rektor harus menanamkan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa. Selain itu, kalau memang ada gerakan radikalisme, rektor harus menindak tegas pelakunya.” Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI R Gautama mengatakan seluruh elemen bangsa harus terlibat mencegah radikalisme. Ia mengapresiasi deklarasi perguruan tinggi di Jatim. “Kami sudah bekerja sama dengan Kemenristek dan Dikti untuk mencegah paham radikal masuk ke lingkungan kampus.”

Sementara itu, Rektor UPN Jatim Teguh Soedarto mengatakan dekla-rasi itu merupakan bagian dari pe­ran perguruan tinggi meningkatkan tridarma perguruan tinggi. Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah, langsung menjawab surat Menristek dan Dikti dengan mengubah pola Orientasi Akademik (Ormik) mahasiswa baru 2017-2018. “Jadi polanya diubah kembali menjadi ke penataran,” jelas Rektor Universitas Tadulako, Muhammad Basir Cyio, di Palu, kemarin. “Di Sulawesi Tengah hanya kampus kita yang mendapat surat itu, olehnya langsung disikapi. Polanya kembali ke penataran dan semuanya teratur.” Sesuai dengan agenda, Ormik akan berlangsung selama lima hari dan melibatkan pihak terkait seperti Kepolisian, TNI, Kesbangpol, dan BNN. (TB/Ant/H-1)