Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SISTEM konversi pendidikan agama sekolah dasar dengan madrasah diniah masih diatur untuk dimantapkan.
Koordinasi terus dilakukan dengan pemda dan Kementerian Agama.
Nantinya, pedoman untuk siswa dan guru madrasah akan segera dibentuk untuk diterapkan pada tahun ajaran baru 2017/2018.
"Iya masih diatur di Dikdasmen. Ini melakukan program lima hari kerja dan sekolah secara bertahap di tahun ajaran baru," ujar Dirjen Guru dan Tenaga Kerja (GTK), Kemendikbud, Sumarna Surapranata, dalam jumpa pers di Gedung Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Pedoman juga akan dikaji tidak hanya terkait dengan siswa, tetapi juga guru madrasah yang terlibat.
Hal tersebut akan dilakukan dengan sistem yang tepat dan sesuai dengan beban kerja dan aturan yang berlaku.
Konversi ini untuk menjawab rencana Mendikbud Muhadjir Effendy yang akan mengadakan pelajaran agama di luar kelas sebagai tambahan materi di dalam kelas pada siswa sekolah dasar.
Meski begitu, pelaksanaan sekolah lima hari tersebut tidak wajib dilaksanakan seluruh sekolah. Hanya sekolah yang siap bisa melaksanakannya.
Ketua Majelis Pendidikan Dasar & Menengah PP Muhammadiyah Baedhowi mengatakan Muhammadiyah mendukung dan siap melakukannya.
Sekolah Muhammadiyah sudah banyak yang melaksanakan lima hari sekolah dan mendapat sambutan masyarakat untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke sekolah tersebut.
Pelaksanaan lima hari sekolah bertujuan penguatan nilai-nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong.
"Hal itu merupakan bentuk gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat," ujar Baedhowi.
Dikatakan Baedhowi, pelibatan sumber belajar selain sekolah dalam kegiatan hari sekolah selama 40 jam selama lima hari seminggu akan memperkuat keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan pendidikan secara lebih luas dengan mengedepankan kearifan lokal yang dimiliki.
Pandai mengelola
Dengan adanya kebijakan sekolah lima hari, rata-rata jam belajar mengajar selama di sekolah menjadi 8 jam sehari.
Dalam menanggapi itu, psikolog dari Klinik Citra Ardhita Mediafarma Ayoe Sutomo mengatakan sebaiknya sekolah harus pandai memilih dan mengelola akivitas selama rentan waktu 8 jam belajar di sekolah sehingga waktu belajar tetap menyenangkan bagi anak.
"Kalau belajar penuh, apalagi hanya duduk di dalam kelas, membuat anak kehilangan ruang untuk bergerak banyak. Stimulasi motoriknya juga berkurang," tutur Ayoe di Jakarta, Kamis (15/6).
Cara belajar monoton yang hanya duduk di kelas, ujar Ayoe, cenderung kurang efektif apalagi jika kondisi tersebut membuat emosi anak tidak senang, mereka akan kesulitan menyerap pelajaran yang diberikan.
Bagi para orangtua, Ayoe berpesan agar memahami kondisi belajar anak saat di rumah.
Orangtua diimbau untuk mengondisikan jam belajar yang tidak terlalu padat di rumah.
"Dengan begitu ketika di rumah, orangtua jangan menekan anak, pahami tahapan perkembangan mereka sehingga tidak menambah beban bagi anak," tukas perempuan yang juga merupakan pengajar di President University Jakarta itu. (Ind/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved