Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
BERJUMPA lagi dengan Big Circle, Dream Big, Make an Impact! Dalam episode kesepuluh, Big Circle akan mengangkat tema besar sociopreneur muda penebar inspirasi dan menghadirkan tiga narasumber kunci, yakni Devi Raissa (Founder Rabbit Hole), Faldi Adisajana (Founder Planter Craft), dan Tyovan Ari Widagdo (Founder Bahaso).
Mereka pemuda-pemudi kebanggaan Indonesia yang mampu membuat geliat pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia juga semakin terasa.
Big Circle pada episode kali ini akan ditemani host tetap Andy F Noya dan didampingi mentor Billy Boen (Founder Young on Top) dan Arto Soebiantoro (Local Brand Expert) yang akan memberikan banyak insight kepada narasumber.
Pertama-tama kita akan membahas Rabbit Hole yang didirikan lulusan Psikologi Universitas Indonesia, Devi Raissa, 29. R
abbit Hole didirikan dengan tujuan agar anak-anak suka membaca dan agar komunikasi orangtua dan anak jadi lebih baik.
"Awalnya saya itu psikolog anak, terus habis itu banyak orangtua yang mengeluhkan sulitnya untuk berkomunikasi dengan anak. Dari situ saya kemudian riset, ternyata lewat membaca, saya kemudian meningkatkan hubungan komunikasi antara orangtua dan anak," kata Devi.
Tidak selesai sampai di situ, para orangtua mengeluh lagi. "Menurut mereka, buku bacaan Indonesia itu kurang bervariasi. Kalau ada buku bacaan yang bagus, itu buku bacaan impor, yang harganya ratusan ribu dan enggak banyak orang yang bisa menjangkaunya," sambungnya.
Karena suka menulis, Devi pun kemudian membuat buku sendiri dengan kualitas impor dengan harga yang terjangkau.
Dia kemudian bertugas membuat jalan cerita, sedangkan temannya bertugas menggambar.
Kemudian, Devi pun mencoba untuk memproduksi buku pertamanya sebanyak 1.000 buah, dengan modal dari kantong pribadi sebesar Rp10 juta.
Dongeng interaktif
Selain itu, Rabbit Hole membuat aplikasi dongeng interaktif.
Dengan cerita yang bisa dikustomisasi, membaca buku terbitan Rabbit Hole bisa melatih emosi, menumbuhkan rasa empati, meningkatkan rasa percaya diri, mengajarkan untuk mengambil keputusan, serta tanggung jawab pada anak.
Bukan hanya itu, kustomisasi ini pun diharapkan dapat mengembangkan dunia imajinasi anak agar menumbuhkan fantasi serta kreativitas yang positif.
Walau hanya dipasarkan melalui media sosial Instagram, ternyata buku terbitan Rabbit Hole banyak diminati.
Kini, dari bisnisnya itu, dalam satu bulan ia bisa mendapatkan omzet hingga Rp1 miliar dari buku yang dijual dengan kisaran harga Rp25 ribu hingga Rp185 ribu.
Ada pula versi buku digital kerja sama Rabbit Hole dengan developer Sabda Drupadi yang pada Januari 2014 mengeluarkan aplikasi dongeng interaktif untuk IOS berjudul Bella dan Kelima Balon. Si kecil dilibatkan untuk berinteraksi.
Tokoh utama yang bernama Bella bisa diubah namanya sesuai dengan nama si kecil.
Dia juga bisa menentukan jalan cerita berikutnya dengan memilih opsi yang ada.
Satu hal yang membedakan aplikasi dongeng interaktif dari Rabbit Hole ini dengan aplikasi dongeng sejenis lainnya seperti produk Tomatech dan produk Qajoo terletak pada fokus cerita.
Baik Tomatech maupun Qajoo mengangkat cerita-cerita rakyat, sedangkan cerita Bella dan Kelima Balon lebih bebas dan modern. (Eno/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved