Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Bersyukur Menambah Keberkahan

Syarief Oebaidillah
31/5/2017 08:00
Bersyukur Menambah Keberkahan
(MI/M. Irfan)

DALAM kisah para nabi dan rasul yang wajib diimani umat Islam, terdapat 25 nabi dengan nabi terakhir dan paripurna Nabi Muhammad SAW. Mereka diutus Allah SWT untuk semua umat manusia. Di antara nabi tersebut, Nabi Sulaiman Alaihissalam terkenal sebagai nabi paling kaya pada zamannya dan mempunyai kekuasaan terluas di dunia. Namun, tingginya jabatan dan kekuasaan serta kekayaan Sulaiman yang luar biasa tidak membuat ia sombong dan angkuh. Sebaliknya, ia merupakan hamba Allah SWT yang selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang dimilikinya.

"Tidak ada hamba Allah yang amat berkuasa seperti Nabi Sulaiman. Beliau sosok yang amat cerdas dan mampu berdialog dengan hewan, bahkan kalangan jin tunduk dan patuh padanya. Lalu apakah membuatnya dia sombong? Ternyata tidak. Beliau selalu bersyukur dan dekat dengan Allah karena karunia itu," kata dai KH Arifin Ilham saat mengisi tausiyah Ramadan di kantor DPP NasDem, Jakarta, Selasa (30/5).

Acara Berbuka Puasa Bersama Partai NasDem itu dihadiri Ketua Umum DPP NasDem Surya Paloh dan jajaran pengurus parpol itu, serta ratusan anak yatim. Menurut Arifi n, Sulaiman justru mempunyai doa yang amat baik dan konsisten menjadi hamba yang bersyukur. Kepada Robb-nya, Sulaiman berkata, 'Ya Allah, semakin Engkau kayakan aku, semakin Engkau beri kekuasaan aku, maka semakin syukur sujudku kepada-Mu'.

Tauladan Nabi Sulaiman ini, ujarnya, dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan sosok penguasa dan konglomerat yang rendah hati, yang menganggap karunia dari Allah itu untuk menjadikan dirinya sebagai hamba yang bersyukur, dan bukan sebaliknya menjadi hamba-Nya yang kufur. "Jadi, nikmat Allah itu menjadi ujian untuk bersyukur atau kufur," katanya.

Demi kebaikan

Pada kesempatan itu, pemimpin Pondok Pesantren Azzikra tersebut juga mencontohkan bahwa dalam kehidupan dunia terdapat kehidupan yang penuh berkah dan fadilah, serta istidraj. Mereka yang hidupnya berkah, ketika diberi kekayaan, kekuasaan, dan popularitas, akan bertambah dekat dengan Allah SWT. Hal itu diimplementasikan dengan memberi manfaat bagi orang lain dan sesama. Sebaliknya, mereka yang hidupnya dalam istidraj, semakin kaya, berkuasa, dan populer, mereka bertambah maksiat dan menzalimi orang lain.

"Mereka ini yang mendapat istidraj, hidupnya sukses di dunia dengan menyandang kekayaan, kekuasaan serta popularitas," ujar Arifi n. Namun, dalam Alquran Surah Hud ayat 15 dan 16 Allah SWT telah mengingatkan kepada hambanya yang mencari dunia dengan segala keindahan dan kesenangan, menghalalkan segala cara, tidak peduli syariat Allah.

Mereka tidak akan merasakah kebahagian di akhirat. Arifin melanjutkan, hidup manusia di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan di akhirat berabad-abad dan abadi. Namun, manusia di dunia kerap terjebak pada rutinitas kebutuhan makan, minum, dan seksual. Oleh karena itu, ujarnya, Allah mewajibkan umat manusia melaksanakna ibadah puasa demi kebaikan.

"Jadi puasa itu merupakan rahmat dan kasih sayang Allah pada kita semua untuk mampu mengendalikan nafsu yang Allah berikan pada kita," tandasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik