Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Ancaman Kesehatan Tulang Belakang

Dinny Mutiah
04/3/2015 00:00
Ancaman Kesehatan Tulang Belakang
(MI/SENO)
ORANG awam mengenalnya dengan sebutan saraf terjepit.

Akan tetapi, dunia medis menamakannya sebagai hernia nucleus pulposus (HNP).

Penyakit itu bisa dikenali dari nyeri pada tulang belakang hingga batas pinggang.

Spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dari RS Pondok Indah (RSPI) Laura Djuriantina menyatakan hampir 70% pasien yang datang ke Poli Rehab Medik RSPI mengeluhkan masalah itu.

Pencetusnya ialah melakukan aktivitas fisik statis dalam waktu lama.

Artinya, penyakit ini tidak terjadi tiba-tiba, tetapi melalui proses bertahun-tahun.

Umumnya, pasien baru mengalami penyakit ini di usia 40-50 tahun.

Laura menerangkan, saat seseorang melakukan aktivitas fisik statis dengan gerakan yang tidak tepat dalam waktu lama, selubung bantalan tulang belakang yang disebut diskus intervertebrale akan menipis bahkan robek.

Robeknya selubung itu mengakibatkan inti bantalan tulang keluar dari rongga antartulang belakang.

Kondisi tersebut menekan pembuluh darah, kantung saraf maupun saraf itu sendiri sehingga menyebabkan iritasi.

"Kalau sudah teriritasi, otot tulang belakang menjadi kaku hingga mengganggu sirkulasi darah. Lama-lama akan terasa nyeri yang tidak hanya di pinggang, tetapi bisa menyebar ke bawah atau juga ke leher," terang Laura di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Penyembuhannya tidak sulit jika pasien menjaga postur tubuhnya dalam posisi yang benar.

Apalagi jika HNP yang diderita belum terlalu parah.

Sayangnya, banyak orang yang tanpa sadar terbiasa dengan postur tubuh yang cenderung maju ke depan atau menunduk.

Hal itu memperberat kerja otot-otot tubuh di tulang belakang dan otot yang semestinya beristirahat dipaksa untuk bekerja.

Kondisi itu bisa lebih parah dialami mereka yang juga mengidap kelainan bentuk tulang belakang seperti skoliosis.

"Cara untuk tahu postur tubuh kita sudah benar atau belum itu adalah dengan sering-sering ngaca," cetusnya.

Langkah lain yang dianjurkan ialah membiasakan berolahraga secara reguler minimal 30 menit.

Aktivitas ini bertujuan memperkuat otot perut dan punggung.

Jenis olahraga yang dipilih sebaiknya rendah hentakan (low impact) agar tidak memperberat kerja otot maupun jaringan pengikat pada tulang belakang.

Misalnya, renang, pilates, dan yoga.

"Berat badan juga harus dijaga ideal. Tidak boleh gemuk karena semakin gemuk, beban yang ditumpu tulang belakang juga semakin besar."

Jika kondisi semakin parah, pasien tidak jarang akan disarankan untuk dioperasi demi mengembalikan tulang belakang ke kondisi semula.

Opsi lainnya ialah dengan menjalani bed rest selama beberapa waktu dan menjalani program fisioterapi di bawah supervisi dokter.

Peregangan
Masalah pada tulang belakang ternyata tidak bisa dilepaskan dari aktivitas keseharian.

Contohnya saat mencuci baju.

Meski sudah memiliki mesin cuci, banyak orang yang tetap mempertahankan kerja manual seperti mengucek agar hasil pencucian lebih bersih.

Posisi saat mengucek itu biasanya berjongkok dengan punggung membungkuk ke depan dalam waktu lama.

Setelah itu, cucian yang belum selesai itu diangkat dan dipindahkan dengan cara membungkuk pula.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika lama kelamaan punggung terasa sakit.

"Menguceknya bisa terus dilakukan, tapi caranya harus diubah. Jika dulu jongkok, sekarang lakukanlah dengan berdiri dengan posisi tempat mengucek berada di tengah-tengah antara setengah paha dan bagian atas perut," terangnya.

Contoh lainnya adalah berada dalam posisi duduk terlalu lama.

Saat duduk, tulang belakang menumpu tubuh 6-7 kali lipat lebih berat jika dibandingkan dengan posisi berdiri.

Maka itu, Laura mewajibkan untuk selalu meregangkan tubuh minimal setiap 2 jam sekali dengan cara yang tepat.

"Kebiasaan memutar tubuh hingga bunyi krek itu justru bahaya. Saat twisting, ada regangan otot berlebihan yang justru berdampak pada saraf di tulang belakang," sahutnya.

Praktisi olahraga Laila Munaf menyampaikan beberapa tips peregangan yang bisa dilakukan untuk menghindari cedera pada tulang belakang.

Cara yang paling mudah ialah dengan melengkungkan tubuh dengan bertumpu pada dinding hingga otot perut berkontraksi dan dilanjutkan dengan gerakan membusungkan dada ke depan sebagai gerakan kebalikannya.

Gerakan itu diulangi selama beberapa kali.

Peregangan lainnya adalah seperti posisi rukuk dalam salat.

Punggung kembali dilengkungkan untuk kontraksi hingga kepala menunduk dan dilemaskan dengan menengadahkan kepala.

Gerakan itu dilakukan dengan beberapa kali ulangan.

"Sedangkan, untuk memperkuat otot perut bisa dengan melakukan gerakan seperti sit up, crunch, atau divariasi dengan gerakan kaki seperti mengayuh sepeda," paparnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya