Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Indonesia Kehilangan Maestro Perupa Monumental

AT/X-10
06/1/2016 00:00
Indonesia Kehilangan Maestro Perupa Monumental
Edhi Sunarso(ANTARA/Regina Safri)
SEBAGAI tuan rumah Asian Games ke-4 pada 1962, Presiden Soekarno ingin membuat monumen untuk menyambut seluruh kontingen yang menginap di Hotel Indonesia (HI), Jakarta.

Keinginan itu pun diwujudkan Edhi Sunarso dengan membuat patung logam sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan tangan untuk ditaruh tepat di Bundaran HI. Patung yang dikenal sebagai Tugu Selamat Datang itu hingga kini masih kukuh berdiri.

Namun, sang maestro seni patung yang membuatnya telah berpulang pada Senin (4/1) sekitar pukul 22.53 WIB di Rumah Sakit JIH Yogyakarta. Edhi meninggal di usia 83 tahun setelah pada Kamis (31/12/2015) dibawa ke rumah sakit karena sesak napas.

Jenazah Edhi sempat disemayamkan di rumah duka Griya Seni Kustiyah Edhi Sunarso di Desa Nganti, RT 002/RW 07, Jalan Cempaka No 72, Mlati, Sleman, kemarin, sebelum dibawa ke makam seniman di Imogiri.

Edhi memang seorang maestro seni karya monumental. Selain Tugu Selamat Datang, sederetan monumen telah ia buat, seperti Patung Dirgantara atau biasa dikenal Patung Pancoran, Tugu Muda di Semarang, sampai Monumen Yos Sudarso di Biak, Papua.

Melalui karya-karya monumentalnya, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Edhi Sunarso tidak hanya menunjukkan betapa besar rasa cintanya terhadap Tanah Air, tapi juga mengajak setiap orang yang melihat karyanya untuk mendapatkan pengalaman rasa yang sama.

Maestro sekelas Edhi tidak muncul di Republik ini setiap saat. "Maestro sekelas Edhi Sunarso muncul dari kombinasi limpahan bakat,tempaan pengalaman, dan aliran dedikasi berkarya yang tak henti," kata Anies saat melayat almarhum, kemarin.

Dari Edhi, lanjutnya, kita belajar bahwa gelaran ribuan karya seni rupa yang dihasilkannya tidak muncul begitu saja. Karya seni rupa muncul melalui kerja keras yang dilakukan dengan cinta, kreativitas, dan sepenuh jiwa.

"Kerja keras dan rasa cinta terhadap bidang yang digelutinya ini yang mengukuhkannya menjadi peletak dasar-dasar seni patung modern Indonesia di awal masa perkembangannya," kata Anies yang ternyata juga tinggal di dekat rumah Edhi.

Edhi mengagumi dan merindukan sosok Presiden Soekarno dan hal itu ia ekspresikan dalam karya yang berjudul Soekarno dari Pengasingan Pulau Ende. Patung perunggu berdimensi 440 x 80 x 80 sentimeter itu dipamerkan saat pembukaan Art Jog 2014 di Taman Budaya Yogyakarta, 6 Juni 2014.

Kerinduannya terhadap sosok seperti Soekarno begitu besar. Edhi pun berharap akan ada sosok pemimpin di Indonesia yang memperhatikan perkembangan seni.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik