Kacung Marijan Kembali ke Kampus dan Membuat Novel

SYARIEF OEBAIDILLAH
03/1/2016 00:00
Kacung Marijan Kembali ke Kampus dan Membuat Novel
(Dok. Ditjen Kebudayaan Kemendikbud)
SEUSAI mengakhiri masa tugasnya sebagai Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kacung Marijan berencana kembali mengajar di almamaternya, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur. Ia juga akan merampungkan novel yang tengah ditulisnya.

Kini, laki-laki yang melepas jabatan dirjen kebudayaan pada 31 Desember lalu itu tengah berkemas untuk kembali berkumpul dengan keluarganya di Surabaya. "Alhamdulillah saya bisa mengajar kembali dan membimbing mahasiswa setelah 4,5 tahun bertugas di Kemendikbud," kata Kacung kepada Media Indonesia, kemarin.

Guru Besar Ilmu Perbandingan Politik Unair itu mengaku pengalamannya sebagai birokrat bermanfaat untuk mengajar mata pelajaran kebijakan publik dan komunikasi politik.

"Saya juga bermaksud menulis sejumlah buku, termasuk novel. Doakan semoga buku dan novel itu bisa segera saya selesaikan," cetusnya. Ketika ditanya tentang jenis novel yang akan dibuat, ia masih merahasiakannya.

"Masih rahasia ya, nanti kalau sudah tuntas saja. Namun, sekilas info saja, (ceritanya) menyangkut intelijen dan cinta," ungkapnya sembari tertawa.

Kacung menambahkan, selain gembira kembali ke kampus, ia bahagia bisa kembali ke tengah keluarga, berkumpul bersama istri tercinta Wahidah Zain Br Siregar, 46, dan kedua buah hatinya, M Fariz Rahmatullah, 15, dan Aisya Z Rahma, 13.

Ia teringat ketika pertengahan 2011 mendapat tugas sebagai staf ahli kerja sama internasional Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Saat itu dia diprotes kedua anaknya karena dirinya harus tinggal di Jakarta. "Maklum saat itu mereka masih SD semua, yang bungsu Aisya menilai saya jahat karena pisah dari keluarga," kenang Kacung.

Ia pun berusaha membagi waktu. Setiap Sabtu dan Minggu ia mengunjungi keluarga di Surabaya. Namun, ketika pada November 2012 dirinya diangkat menjadi dirjen kebudayaan, ia makin sibuk. Hanya sesekali dia sempat kembali ke Surabaya.

"Nah, kemarin saat saya ceritakan ke anak-anak kalau saya diganti, mereka senang sekali. Si bungsu yang pernah menyebut saya jahat sekarang girang karena saya bisa menemani dia berenang dan ke sekolah," tutur laki-laki kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 25 Maret 1964 itu.

Perkuat sinergi
Ketika disinggung tentang obsesinya saat menjabat dirjen kebudayaan, Kacung menyatakan sejak awal ia ingin pengelolaan kebudayaan menjadi lebih baik. Diakuinya, ada beberapa pekerjaan yang belum tuntas, tetapi dasar-dasarnya sudah disiapkan.

Misalnya, ia ingin Museum Nasional dan Galeri Nasional menjadi menarik untuk dikunjungi. "Insya Allah akhir 2017 Museum Nasional sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Kita sudah bangun dan revitalisasi mulai 2013. Galeri Nasional baru selesai desainnya. Sayang belum bisa dikerjakan karena masalah terkait dengan status tanah galeri belum selesai," ungkapnya.

Ke depan, ia berharap pengelolaan kebudayaan semakin baik dengan sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, dan komunitas. "Sinerginya masih belum kuat."

Selain itu, ia prihatin karena kebudayaan masih sering dipandang sebelah mata. "Saya berharap ke depan kebudayaan menjadi arus utama dalam pembangunan," tandasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya