Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Kevin Yosua Trio Cetak Sejarah, Tampil di Festival da Jazz Swiss

Fathurrozak
02/8/2025 21:18
Kevin Yosua Trio Cetak Sejarah, Tampil di Festival da Jazz Swiss
Penampilan Kevin Yosua Trio di Festival da Jazz Swiss(Dok. Kevin Yosua Trio.)

SEJARAH baru terukir dalam kancah musik jazz Indonesia. Grup musik Kevin Yosua Trio menjadi penampil pertama dari Asia yang mengguncang panggung salah satu festival jazz paling bergengsi di dunia, Festival da Jazz di St. Moritz, Swiss.

Trio yang digawangi oleh Kevin Yosua (bas), Hansen Arief (drum), dan Rio Manuel (piano) ini berangkat ke Swiss pada 13 Juli. Sebelum tampil di panggung utama, mereka lebih dulu mengikuti jazz camp intensif bersama para musisi jazz legendaris dunia. Bagi para personel, pengalaman ini terasa berkesan. Bisa belajar langsung dari idola yang selama ini hanya mereka dengarkan lewat karya, menjadi sebuah kebahagiaan yang tak terkira. 

"Saya senang banget. Enggak menyangka kami bisa main di sana. Yang bikin senang lagi, kami ada intensif masterclass sama orang-orang yang kami kagumi, ternyata kami bisa satu kelas bareng dan jadi mentor," ujar Kevin Yosua dalam keterangan resmi yang diterima Media Indonesia, Sabtu (2/8).

Perasaan serupa juga dialami oleh sang drummer, Hansen Arief. Ia berkesempatan dimentori langsung oleh salah satu drummer jazz legendaris yang menjadi panutannya sejak lama. Baginya, belajar langsung dari sang maestro adalah pengalaman yang tak ternilai.

"Mentor drum itu salah satu favorit saya dari dulu. Saya dengarkan terus rekamannya. Dia salah satu legenda jazz juga, sih. Bertemu dia benar-benar berbeda, belajar sama OG-nya nih begini," ungkap Hansen.

Puncak dari perjalanan mereka adalah penampilan pada Jumat malam, 18 Juli. Selama kurang lebih 45 menit, Kevin Yosua Trio menyajikan repertoar yang memukau penonton. Respons yang mereka terima melampaui ekspektasi.

"Puji tuhan penontonnya antusias banget, kami dapat standing ovation dan diminta 1 lagu encore," ujar Hansen.

Momen permintaan encore itu terjadi secara spontan. Mereka awalnya  merampungkan enam lagu, yaitu I Should Care, Nite Mist Blues, Time After Time, All Too Soon, Feelings, dan Yours is My Heart Alone. Penonton pun berdiri memberikan tepuk tangan panjang. Di balik euforia tersebut, para personel merasakan perbedaan mendasar, antara penampilan di luar negeri dan di Indonesia, terutama dalam hal apresiasi. Menurut Kevin, audiens di Eropa yang telah lama terpapar jazz memiliki cara yang berbeda dalam menghargai musik dan musisinya.

"Yang paling terlihat, apresiasi mereka terhadap musik dan musisi, itu berbeda banget. Mereka mungkin sudah terpapar musik jazz sejak lama. Jadi mereka lebih tahu cara menghargai. Mereka sudah tahu banget. Saya merasa diterima banget," tutur Kevin.

Di balik decak kagum dan tepuk tangan meriah penonton Eropa, tersimpan kisah perjuangan mandiri Kevin Yosua Trio. Menurut mereka, talenta musisi Indonesia tidak kalah bersaing, bahkan lebih kaya secara budaya dibandingkan musisi luar negeri. Namun, yang menjadi pembeda adalah ekosistem pendukung jazz di Tanah Air dengan di luar negeri.

"Talenta Indonesia itu salah satu yang terbaik. Personally, orang-orang Indonesia lebih musikal sebenarnya," tukas Kevin.

Kevin Yosua Trio berharap agar komunitas musisi jazz di daerah juga bisa lebih dihidupkan. Kevin kini tengah menggalakan jazz camp, dengan harapan ekosistem jazz di daerah bisa lebih dihidupkan dan maju.

"Secara kolektif kita harus membangun komunitas jazz di daerah, supaya ekosistem jazznya jalan. Kalau enggak, agak susah. Makanya saya dan teman-teman, bikin jazz camp."(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya