Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
AKTOR sekaligus sutradara Lukman Sardi, 45, menyoroti perlunya perbaikan di industri perfilman Indonesia. Menurutnya, sudah saatnya momentum restorasi di dunia film digaungkan. Dia mencontohkan butuh waktu bagi perfilman nasional untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kendati industri perfilman Indonesia berkembang, masih sedikit film Indonesia yang tembus box office dalam negeri dengan jumlah penonton melampaui jutaan sejak Laskar Pelangi (2008).
Baru akhir-akhir ini, ada lagi film yang penontonnya tembus hingga jutaan, salah satunya Warkop DKI Reborn, Jangkrik Boss! (2016). "Kita perlu delapan tahun untuk bisa sampai box office dengan jumlah penonton melampaui empat juta. Harusnya dengan jumlah penduduk kita, tidak seperti itu. Menurut aku ini momentum yang pas untuk merestorasi industri film untuk memulai sesuatu yang baru," ujarnya ketika ditemui di Jakarta, Senin (7/11).
Ayah tiga anak itu mengatakan memajukan perfilman nasional, ujar dia, tidak lepas dari peran serta semua pihak. Salah satunya perbaikan regulasi, misalnya dari segi sensor yang dirasa tidak lagi relevan. Lukman menganggap bukan lagi sensor, melainkan lebih pas apabila diterapkan sistem klasifikasi penonton. "Regulasi sensor harus diperbaiki. Turunan dari Orde Baru adanya lembaga sensor dengan berkembangannya zaman jadi banyak perbedaan. Jadi main gunting adegan. Buat aku seorang filmmaker, membuat itu satu kesatuan yang utuh. Pada saat itu terpotong, ada pesan yang hilang. Kita harus pakai klasifikasi," tutur putra pemusik legendaris Indonesia Idris Sardi itu.
Dia menjelaskan sistem sensor lebih terkesan memaksa penonton dan filmmaker, sedangkan sistem klasifikasi lebih memberikan pilihan kepada keduanya. "Sudah jelas tontonan diklasifikasikan dengan umur. Bagi penonton anak-anak memang perlu kerja sama dari orangtua untuk cari tahu anaknya mau nonton apa. Fungsinya lebih ke pendampingan. Untuk filmmaker-nya juga harus jelas. Kalau mau banyak penontonnya, buatlah film dengan kategori semua umur. Kalaupun mau membuat film yang penontonnya di atas 20 tahun, membuatnya dengan tanggung jawab dan sadar," terang Lukman.
Peran pemda
Selain menyempurnakan regulasi yang ada, Lukman berpendapat pemerintah daerah punya peran strategis dalam memajukan industri film nasional, misalnya dengan festival, seminar, ataupun talk show tentang film. Menurutnya, masih sedikit pemerintah daerah yang menaruh perhatian pada hal itu.
"Pemerintah harus meratakan pendidikan film di seluruh Indonesia. Sekolah film yang benar-benar bagus hanya di Jakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Harusnya pemda mendorong seperti itu jadi bisa memunculkan sineas bagus di daerah dan berkiprah di industri film dalam skala nasional. Pemerintah provinsinya punya niat bahwa seni perfilman itu penting," tukas sutradara Sang Penjahit dan Di Balik 98 itu. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved