Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Berbagi Ilmu Jazz

Abdillah Marzuqi
30/10/2016 03:00
Berbagi Ilmu Jazz
(MI/ABDILLAH MARZUQI)

HUJAN masih menyisakan bekasnya. Udara terasa dingin dengan sedikit bercak air di luaran. Namun, tidak demikian dengan The Papandayan Hotel. Hujan tidak menghentikan para pencinta jazz untuk beraksi. Malam itu, pukul 19.00 WIB di ruang Mirten Lounge The Papandayang Hotel sudah terdengar bunyi pengeras suara. Ya, pembawa acara (MC) telah memegang mikrofon, tanda TP Jazz Bandung Festival 2016 hari keempat dimulai. The Hotel Papandayan menjadi tempat digelarnya TP Jazz Bandung Festival 2016. Perhelatan itu berlangsung selama 6 hari, 24-29 Oktober 2016. Di hari keempat itu ada enam kelompok musik yang bermain di dua temapt terpisah, yakni Mirten Lounge dan TP Stage.

Aura intim menyeruak di Mirten Lounge. Para penikmat jazz punya jarak yang tidak terlalu jauh dengan panggung sehingga mereka bisa merasakan kedekatan luar biasa dengan para musisi di panggung. Para penikmat musik bisa dengan mudah untuk bersua dengan Indra Aryadi Ruang Akustik, Simak Dialog, serta Like Father Like Son: Benny & Barry Likumahuwa feat Nesia Ardi. Simak Dialog mendapati tepuk tangan meriah kala mereka usai memainkan apik lagu berjudul Gong. Perpaduan piano, kontrabas, kendang, dan kenong terdengar serasi dan saling menguatkan. Tak kalah intim dengan Mirten Lounge, TP Lounge ada Tjut Nyak Deviana Quartet, Dira Sugandi & Sri Hanuraga, dan Ginda Bestari. Bahkan karena ramainya, beberapa pengunjung harus rela berdiri.

Tjut Nyak Deviana Quartet berhasil mengajak penonton bersorak dengan memainkan beberapa aransemen lagu Balonku Ada Lima. Padahal sebelumnya, penonton dibawa hanyut dengan permainan apik nan syahdu dalam lagu Ibu Pertiwi. Begitu pun Dira Sugandi, membius dengan sentuhan pada lagu-lagu nasional dan lagu daerah. Beberapa tembang yang sempat diperdengarkan antara lain Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau Kelapa, dan Tanah Airku, juga lagu daerah seperti Kicir-Kicir dan Kampuang nan Jauh di Mato. Suasana makin hangat kala Dira Sugandi mengajak penonton untuk menyanyi bersama. “Harus janji ikut nyanyi meski nggak tahu lagunya,” ujar Dira. Sontak lucuan itu disambut tawa renyah dari para penonton. Selang beberapa saat, ia pun maju dengan lagu Manuk Dadali. Merasa familier dengan lagu tersebut, hampir seluruh penonton di ruangan berturut ambil suara.

Komunitas
Kemunculan TP Jazz Bandung Festival bisa dirunut dari TP Jazz Weekend. Program musik jazz itu didirikan The Papandayan dan TP Jazz Manajemen. TP Jazz Weekend diadakan setiap Jumat dan Minggu di Mirten Lounge sejak 2013. Sejak itu pula TP Jazz Weekend rutin menyapa pecinta musik jazz di Bandung di akhir pekan. Selain sukses menampilkan banyak pertunjukan musik jazz, TP Jazz Weekend telah berkembang menjadi sebuah komunitas pencinta jazz di Bandung. Di sana semua orang dapat berkumpul bersama, tidak hanya untuk menonton pertunjukan, tapi juga berbagi informasi dan belajar tentang jazz.

Barulah pada 2015, TP Jazz Bandung Festival pertama kali digelar selama enam hari pada Oktober 2015. Acara ini tidak hanya tentang pertunjukan, tetapi juga berbagi pengetahuan tentang jazz dalam tajuk Jazz Clinic dan Jazz Talk. Selain itu, tak cuma musisi profesional yang bisa tampil dalam ajang ini. Para musikus muda juga boleh turut unjuk keterampilan dan kreativitas dalam ajang ini. Jazz Clinic pada TP Jazz Bandung Festival 2016 bersama Prof Tjut Nyak Deviana berlangsung di TP Stage pada hari keempat. Jadi, apakah acara ini menarik? Salah seorang pengunjung Santa Yosepha biarlah menjelaskan itu. “Acaranya bagus sih. Karena penyuka jazz kan memang sedikit, jadi kita punya wadah terutama di Bandung. Kan acara-acara musik itu jarang. Nggak kayak kota-kota besar lain. Saya setuju ini dibikin kaya rutin setiap tahun,” ujar Santa Yosepha. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya