Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
SELANG dua tahun setelah album perdana Danilla Jelita Poetri Riyadi berjudul Telisik (2014) diluncurkan, kini penyanyi bersuara lembut itu tengah mempersiapkan album keduanya. Sebuah single bertajuk Kalapuna akan dirilis dalam waktu dekat.
Album pertamanya ditangani sang penata musik Lafa Pratomo dan sang ibunda Ika Ratih Poespa (adik Dian Pramana Poetra), seorang penyanyi jazz dan penulis lagu era RRI 80-an. Kini albumnya diraciknya sendiri sebagai pembuktian rasa percaya diri dan pendewasaannya sebagai musikus.
"Masa SD-SMA ialah masa kelam yang dialami secara personal. Makin ke sini, sampai akhirnya bisa menumpahkan sisi negatif lewat musik. Ditambah dengan orang-orang yang mendukung kalau saya tidak seburuk yang saya pikirkan, itu membuat saya semakin percaya diri," ungkap Danilla dalam sebuah perbincangan hangat bersama Kotak Musik di Kantor Media Indonesia, pertengahan September lalu.
Di balik sosoknya yang ceria, tersimpan kepiluan yang ditransformasikan menjadi karya yang bisa dinikmati banyak orang. Kepiluan itu menjadi dasar Danilla bermusik, terutama soal rasa yang dihadirkannya walaupun ia harus berhadapan dengan peperangan mood, waktu, dan skill.
"Bagi saya, bermusik murni tentang rasa, misalnya saya dengar band atau solois, ada yang terdengar pretensius, ada juga yang keren tapi maknanya ternyata kosong, ada juga yang terdengar dia main biasa saja tapi kedengarannya enak. Itu cara mereka menyalurkan apa yang ada di kepala mereka. Bagi saya, bermusik itu harus benar-benar cinta dengan musiknya terlebih dahulu agar bisa diekspresikan dengan baik," paparnya.
Melalui album kedua yang belum memiliki judul, Danilla ingin berbagi melalui musik. Uniknya, perempuan yang suka membuat lagu tentang kisah romantis, keluarga, dan kemauannya itu kini berbagi pengalaman tentang betapa kotornya seorang manusia.
"Saya merasa suka sesuatu, tapi yang saya suka merugikan orang lain, seperti selingkuh. Sisi negatif dari sifat manusia yang ingin saya bagi karena saya yakin tidak hanya saya yang seperti itu. Saya juga ingin membagi kepiluan saya sendiri," lanjutnya.
Simak tembang Kalapuna. Lagu itu merupakan gabungan suku kata kala dan punah. Kata itu menggambarkan ketika masa punah itu terjadi dan pasti ada. Danilla ingin memberikan pengalaman apa yang terasa di dalam keadaan punah. Lagu itu, kata dia, berdasarkan pengalaman pribadi dan menjadi lagu kedua yang lahir dari sekian lagu yang dibuatnya.
"Pas membuat lagu ini, intronya 'ngundang' banget. Konsentrasi saya membuat lagu memang ada pada bagian intro. Terus didengarkan ke teman-teman dan mayoritas suka dengan lagu ini, akhirnya saya pilih jadi single untuk album kedua. Selain itu, lagu Kalapuna padat bagian bernyanyinya, mewakili isi album juga," kisah Danilla.
Lalu ada lagu Aaa... yang menggambarkan keliaran Danilla yang hidup nomaden di Jakarta. "Akan ada momen ketika orang yang dekat sama saya akan kangen, sementara saya masih mau main, gambarannya seperti itu," sambungnya.
Kemudian lagu Entah Ingin ke Mana, tentang hubungan atau komunikasi yang tidak jelas dan menggantung. Ada juga lagu Ikatan Waktu Lampau yang begitu personal, murni tentang masa lalu Danilla yang secara terang-terangan diceritakan di dalamnya. "Kalau sebetulnya saya belum bisa move on dari yang lalu-lalu dan terbawa sekarang," timpal Danilla.
Tak hanya sajian susunan harmoni yang terdengar manis, ada juga lagu yang terdengar begitu rumit secara musikalitas. Komposisi tersebut ada di tembang bertajuk Laguland, sebuah lagu yang diinterpretasikan Danilla sebagai keabsurdan imajinasinya.
"Kepala saya traveling kalau lagi pilu. Cara saya mengalihkan dan obatnya itu adalah dengan pergi ke Laguland ini. Ini murni fiksi, tempat imajinasi saya, sejenak ada di situ dan menganggap hal pilu menjadi sesuatu yang keren," jelasnya.
Pasangan bermusik
Sebelum memutuskan untuk bersolo karier di 2012, Danilla masih memiliki kelompok musik di kampusnya. Sampai akhirnya ia dipinang sebuah label rekaman yang mempertemuannya dengan Lafa Pratomo, pemain gitar sekaligus penata musik yang bekerja di label tersebut.
Cara Lafa bermusik penuh penghayatan serta nada gitar saat dimainkan terasa manis dan sendu bagi Danilla. Hal itu membuat dirinya memilih dan memercayai Lafa sebagai pasangan bermusiknya sejak album pertama.
"Album sekarang seperti ada perjanjian tidak tertulis sama Lafa, saya harus banyak porsi di dalamnya. Lebih banyak gitaran, pianoan, atau di depan komputer untuk membuat komposisi. Proses kreatifnya sekarang lebih seperti main bersama Lafa. Namun, sastra saya tidak sebagus Lafa, sepertinya tidak lebih puitis daripada album pertama. Namun, di album ini makna ambigunya lebih banyak," ungkap Danilla.
Kisah mengenai perjalanan bermusik Danilla dan keinginannya untuk berkampanye untuk memperlakukan binatang dengan baik serta aksi panggungnya dapat Anda saksikan hanya di Kotak Musik. Unduh aplikasi Media Indonesia di Google Play dan Appstore sekarang juga. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved