Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Joshua Suherman Kampanyekan Lagu Anak

Indriyani Astuti
22/8/2016 07:01
Joshua Suherman Kampanyekan Lagu Anak
(Dok. C&R)

SEMAKIN maraknya lagu dengan lirik dewasa yang di­nyanyikan anak-anak membuat Joshua Suherman, 23, turut prihatin. Penyanyi cilik era 1990-an itu menilai anak-anak saat ini telah kehilangan wadah dan referensi yang tepat dalam musik. Dengan berangkat dari hal tersebut, ia bersama beberapa penyanyi cilik era 1990-an seperti Tina Toonita, Dea Ananda, Leony, dan Tasya Kamila menggagas kampanye bertajuk Save Lagu Anak.

“Salah satu penyebab lahirnya project ini enggak lepas dari adanya lagu Lelaki Kardus. Lagu itu tidak pantas untuk anak-anak. Dengan adanya lagu itu, kita tahu bahwa sudah separah ini kebutuhan anak-anak untuk mendengar lagu anak. Bergerak dari situ, kita kumpul dan buat project ini,” ungkap lelaki yang akrab disapa Jojo itu saat di temui di acara Albi Rising Stars di Jakarta, Sabtu (20/8).

Ia menambahkan, beredarnya lagu yang kurang pantas dinyanyikan anak-anak tidak terlepas dari peran orang dewasa. “Kalau dari segi anak-anak, kita belum tahu. Kenapa anak-anak sekarang denger-nya lagu-lagu yang tidak mendidik, ya karena orang dewasa nyekokin itu,” ujar laki-laki kelahiran Surabaya itu.

Oleh karena itu, lanjut Joshua, kampanye tersebut juga menyasar para orang dewasa agar lebih memberi perhatian terhadap isu tersebut. “Target kita awareness masyarakat. Kesadaran bahwa lagu anak itu penting, yaitu dengan memberi pilihan yang lebih baik buat anak-anak dalam memilih lagu. Nah, lewat kampanye ini kita ajak orang dewasa untuk nostalgia masuk mesin waktu kembali ke masa kecil,” jelasnya.

Kekasih aktris Pamela Bowie itu mengatakan apa yang dilakukannya bersama teman-temannya merupakan bentuk tanggung jawab terhadap anak-anak dan industri musik yang telah membesarkan nama mereka.

“Kita semua pernah jadi anak kecil. Saya merasa punya tanggung jawab untuk itu. Saya mungkin penyanyi anak generasi terakhir. Mungkin ada beberapa, satu-dua, penyanyi cilik setelah saya, tapi setelah itu mati industrinya. Saya merasa gagal regenerasi, jadi merasa bertanggung jawab,” kata pria kelahiran 9 November 23 tahun silam itu.

Panggung kompetisi
Salah satu bentuk kampanye yang dilakukan Joshua dan teman-temannya ialah meluncurkan lagu Selamatkan Lagu Anak yang dirilis lewat Youtube. Hingga saat ini video kampanye yang diberi hastag #savelaguanak itu telah menembus hampir 20 ribu viewer dan sempat menjadi trending topic di media sosial.

“Kita masih fokus yang baru rilis ini. Setelah itu, kita akan mengisi konten di Youtube juga karena Youtube media yang paling banyak ditonton anak-anak. Kita pengen kasih konten yang bagus untuk anak-anak,” jelas Joshua.

“Prosesnya sangat independen. Kita cuma andalkan follower dan subscriber yang kami punya. Kami terharu juga tagar #savelaguanak menjadi trending topic,” tambahnya.

Di masa depan, Joshua berharap anak-anak memiliki lebih banyak panggung kompetisi untuk menunjukkan bakat mereka, terutama di bidang musik. “Anak-anak butuh panggung bukan hanya untuk tampil dan menang, melainkan menjadi pusat perhatian dan diapresiasi. Itu penting untuk kehidupan mereka. Mereka jadi tambah percaya kepada dirinya sendiri. Saya merasakan sendiri,” katanya.

Ia berkeyakinan, dengan semakin banyaknya kesempatan bagi anak untuk tampil berkompetisi, akan hadir talenta-talenta baru yang bisa membuat industri musik anak Tanah Air kembali berjaya. (Alfi Rahmat Faisal/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik