Werewolf by Night, Surat Cinta Marvel untuk Sinema Horor Klasik

Basuki Eka Purnama
08/10/2022 11:15

SETELAH mencoba pendekatan horor di Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022), Marvel Studios kembali menghadirkan kesan 'menyeramkan' pada konten terbarunya di Disney+, yang berjudul Werewolf by Night.

Tayangan yang didasarkan dari karakter Marvel Comics dengan nama yang sama itu mengikuti kelompok rahasia pemburu monster, yang berkumpul di Bloodstone Manor, tepat setelah kematian pemimpin mereka. 

Mereka terlibat dalam kompetisi misterius dan mematikan untuk peninggalan yang kuat, yang akan membawa mereka berhadapan dengan monster berbahaya.

Baca juga: Armor Wars Dikembangkan Jadi Film

Selain berburu mangsanya, para karakter saling menyerang selama malam berdarah penuh pengkhianatan, serta pembantaian makhluk tersebut.

Gael Garcia Bernal membintangi tayangan spesial untuk Halloween itu sebagai Jack Russell / Werewolf by Night, bersama dengan Laura Donnelly dan Harriet Sansom Harris.

Dalam durasi yang singkat, yakni sekitar 52 menit, Werewolf by Night mampu mengajak penonton larut dalam nuansa film horor klasik dengan pendekatan warna hitam-putih, namun, Bloodstone yang diperebutkan dihadirkan dengan warna merah yang kontras.

Tidak hanya mendukung latar cerita yang berada di awal tahun 1970-an, pemilihan warna monokrom ini bisa dibilang memberikan kesan mencekam, dingin, dan liar (raw), yang jelas merupakan intensi dari sang pembuat film.

Michael Giacchino adalah sosok di balik tayangan Werewolf by Night. Giacchino sendiri mungkin lebih akrab di telinga para pecinta film sebagai komposer untuk film-film populer seperti Spider-Man: No Way Home (2021), The Batman (2022), dan Jurassic World: Dominion (2022). 

Bisa dibilang, Werewolf by Night adalah debut pertamanya sebagai sutradara film fitur.

Giacchino dibantu Heather Quinn dan Peter Cameron sebagai penulis naskah. Ketiganya mampu secara efektif menyalurkan kengerian konten spesial Halloween ini dengan referensi-referensi dan elemen film-film horor zaman dahulu seperti Nosferatu (1922), Dracula (1931), Frankenstein (1931), Creature From the Black Lagoon (1954), hingga Bram Stoker's Dracula (1992).

Kesan gothic juga dihadirkan melalui kolaborasi sang sutradara dengan sinematografer Zoe White, desainer produksi Maya Shimoguchi, penata artistik Lauren Rosenbloom, dan penata kostum Mayes C Rubeo.

Latar yang sederhana dengan elemen dan estetika klasik seperti adanya
labirin di dalam kuil tua, terjebak dan berlari dari pintu ke pintu, adegan berdarah-darah, hingga penataan pencahayaan yang suram menjadi kesenangan tersendiri saat menonton Werewolf by Night.

Hal ini digabungkan pula dengan premis cerita yang sebenarnya ringan, namun mampu dikemas sedemikian rupa menghasilkan teror dan ketegangan bagi siapa pun yang menontonnya, tidak terkecuali penggemar Marvel Cinematic Universe (MCU), yang sudah biasa dimanjakan dengan visual penuh warna.

Konsep Marvel kali ini pun bisa dibilang menjadi kesegaran tersendiri bagi MCU fase empat ini.

Semua aspek visual itu pun semakin sempurna dengan musik-musik gubahan sang sutradara, Giacchino, yang sudah jelas mampu mendukung jalannya cerita lebih mulus lagi.

Secara keseluruhan, Werewolf by Night rasanya bisa menjadi pilihan tontonan untuk disaksikan pada Oktober yang lekat dengan kengerian Halloween. 

Hadir dengan konsep dan pendekatan unik dari MCU, tak berlebihan jika menyebutkan tayangan ini sebagai surat cinta para pembuatnya untuk menghormati sinema horor klasik di sebuah kemasan yang modern.

Werewolf by Night sudah tayang di Disney+ Hotstar mulai Jumat (7/10). (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya