Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
FILM CODA menjadi terobosan baru bagi penonton film tunarungu karena mereka bisa menonton tanpa membutuhkan peralatan khusus saat menyaksikan film itu di layar lebar.
Jika biasanya pengalaman menonton ke bioskop menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi para penyandang tunarungu, lewat film CODA, mereka bisa menonton dengan nyaman karena tersedianya teks yang baik di dalam filmnya.
"Film ini sangat inovatif, (hanya) karena film ini merupakan terobosan untuk mendukung komunitas tunarungu dan komunitas yang mengalami
gangguan pendengaran," kata salah satu pemeran dalam film CODA yaitu Marlee Matlin, Minggu (8/8).
Baca juga: The Suicide Squad Puncaki Box Office
Matlin merupakan aktris tunarungu pertama yang mendapatkan Piala Oscar atas aktingnya dalam film Children of a Lesser God pada 1987.
CODA berasal dari akronim untuk child of deaf adult atau diterjemahkan kasar sebagai anak yang dibesarkan orangtua yang tuli. Film itu sudah memenangi empat penghargaan di Festival Film Sundance pada awal tahun ini.
Film ini mulai dirilis secara umum lewat Apple TV+ dan didistribusikan menggunakan teks dari 36 bahasa mulai Jumat (7/8).
Apple bekerja sama dengan operator bioskop untuk memastikan film tersebut diputar di mana-mana, baik bagi penonton yang tuli maupun yang mendengar, dengan teks yang dicetak dalam apa yang dianggap sebagai yang pertama untuk rilis film fitur di bioskop.
"Ini bersejarah. Ini sangat besar bagi kita semua," kata Daniel Durant, yang juga aktor tunarungu dan berperan sebagai anak dalam film
CODA
CODA menceritakan tentang siswa SMA Ruby yang tumbuh dewasa harus menerjemahkan untuk ayah, ibu, dan saudara laki-lakinya yang tuli
dalam situasi mulai dari kunjungan dokter hingga bisnis perikanan kecil mereka.
Keluarga itu berkomunikasi dengan bahasa isyarat, dan ketiga karakter tunarungu diperankan oleh aktor tunarungu.
Film itu mengikuti konsep Sound of Metal tentang seorang drummer yang kehilangan pendengarannya.
Film itu memperoleh enam nominasi Oscar, awal tahun ini, termasuk untuk film terbaik.
Daniel mengatakan sementara beberapa adegan memberikan sudut pandang khusus orang tuli, daya tarik CODA bersifat universal.
"Siapa pun yang menonton ini dapat merasa terhubung karena semua orang berasal dari keluarga, dan setiap keluarga mengalami perjuangan
yang sama--anak-anak tumbuh dewasa, apa yang akan mereka lakukan di masa depan, menjadi mandiri, mungkin mereka menjauh dari kehidupan mereka. keluarga," katanya.
Penulis-sutradara Sian Heder, yang bisa mendengar, mempelajari Bahasa Isyarat Amerika untuk proyek tersebut dan ingin memastikan film tersebut dapat diakses semua orang.
"Sering kali saya pikir orang tuli tidak mendapatkan pengalaman menonton film karena perangkat yang tidak berfungsi dan kurangnya perangkat di bioskop," kata Heder.
Para pembuat film berharap pemutaran teks terbuka untuk CODA akan membujuk studio lain untuk mengikuti contoh mereka, dan akan mendorong
orang tuli untuk mencoba bioskop lagi.
Sian mengingat reaksi emosional seorang pria tuli pada pemutaran film baru-baru ini dengan teks terbuka di Gloucester, Massachusetts, tempat film itu diambil.
"Dia, seperti, 'Saya tidak pergi ke bioskop. Saya tidak bisa memakai kacamata itu. Kacamata itu membuat saya mual. Separuh waktu mereka tidak bekerja jadi saya berhenti pergi ke teater.' Dia belum pernah menonton film di bioskop selama 10 tahun dan dia sangat tersentuh
dan bersemangat," tutup Sian. (Ant/OL-1)
Kotsur, yang berusia 53 tahun, memenangkan piala SAG untuk kategori aktor pendukung terbaik untuk penampilannya dalam drama keluarga CODA, garapan Sian Heder.
Ratusan Sahabat Tuli terlibat dalam kegiatan penanaman pohon di Tangkal Pinus, kawasan Perhutani Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Modul tersebut diharapkan dapat meringankan pekerjaan orang tua dalam melatih anaknya yang tunarungu.
Dia mengaku saat bekerja, dia lebih banyak mengandalkan indra pengelihatannya melalui layar monitor.
"Hari ini saya bahagia. Akhirnya, Kasoem Family dapat kembali berkumpul, saling melepas rindu dalam 8th anniversary CTEC Indonesia," ucap Trista, dalam keterangannya, Minggu (12/2
Tahun ini PBB mengusung tema “A World Where Deaf People Everywhere Can Sign Anywhere!” dalam peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional.
Memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional, yuks kita kunjungi tiga kafe unik ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved