Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
PENYANYI, penulis lagu, aktris, sekaligus disjoki (DJ) Maia Estianty, 40, menyayangkan respons masyarakat Indonesia terhadap musik elektro ciptaan anak negeri sangat rendah. Baginya, itu merupakan problem yang harus diperhatikan.
“Akhirnya anak bangsa lebih tertarik untuk meremix dibanding buat karya sendiri,” keluh wanita yang mulai menggeluti dunia bisnis kecantikan itu.
Secara keseluruhan, menurut Maia, radio sebagai media promosi musik terbesar saat ini belum pernah berhasil menaikkan sebuah lagu electronic dance music (EDM) karya anak bangsa. Radio-radio hanya memutar lagu EDM karya musikus luar negeri, seperti Jack U, Afrojack, Calvin Harris, Diplo, Steve Aoki, Zedd, dan Skrillex.
“Artis Indonesia buat lagu EDM belum tentu bisa sukses, tapi lagu bule bisa tiap jam diputar terus di radio,” sambungnya.
Dia menggarisbawahi meningkatnya animo masyarakat terhadap EDM tidak diiringi apresiasi terhadap karya EDM buatan anak bangsa sendiri.
Belakangan ini, sebuah stasiun televisi swasta mengeluarkan sebuah program pencarian bakat bergenre EDM. Salah satu jurinya ialah Maia.
Kiprah sebagai DJ sudah dilalui Maia dalam beberapa tahun terakhir ini. Meski sudah mulai nge-DJ sejak umur 17 tahun, Maia mengatakan EDM yang ditawarkan saat ini jauh lebih berkembang dan beragam.
“Jangan bandingin sama dulu, jenis EDM-nya juga berbeda, dulu banyaknya disko,” ujar Maia saat ditemui di Jakarta, Selasa (19/4).
Dia menambahkan, instrumen alat musik Indonesia yang bisa dimainkan beragam, seperti angklung, suling, dan gamelan. Namun, bagi Maia, masyarakat Indonesia memang harus menghargai musik dalam negeri dulu, baru perkembangan EDM di Indonesia bisa dikatakan meningkat.
Ibu tiga anak itu mengatakan demikian karena seiring dengan berkembangnya EDM di Amerika dan Eropa, Indonesia pun kini mulai ketularan. Banyak musikus lokal yang kemudian mendalaminya, sebutlah Winky Wiryawan, Titi Rajo Bintang, dan juga dirinya.
Rencana pensiun
Maia mengaku ingin pensiun dari profesi disjoki di kelab malam. Beberapa alat DJ-nya pun bakal diwariskan kepada anak sulungnya, Al Ghazali, 18. Al memang ingin mengikuti jejak sang ibu dan Maia merasa senang dengan hal itu.
EDM yang identik dengan dunia malam tidak membuat Maia khawatir akan pergaulan sang anak. Baginya, membebaskan anak ialah satu langkah yang tepat untuk membiarkan anak mengeksplorasi potensi yang ada di dalam dirinya. “Memang EDM identik dengan kelab dan dunia malam, tapi apa yang salah dari ketertarikan dia terhadap EDM? Saya rasa itu bukan hambatan,” tuturnya.
Sebagai ibu, Maia ingin anaknya tidak terkekang. Menurut Maia, Al bisa menjaga kepercayaan yang diberikannya dengan rasa tanggung jawab. Baginya, melarang anak bukan solusi terbaik, apalagi jika mengingat gaya hidup remaja masa kini.
“Kalau bisa, dirangkul dan diajak diskusi, bukan malah dilarang tanpa memberi pengertian. Anak kalau dilarang, malah (larangan) dilakuin. Saya ngasih kebebasan sama Al karena dia tahu batasannya segimana,” tutupnya. (Meilany Fagustia/H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved