Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Greta Thunberg Meragukan Komitmen Negara Maju

Melalusa Susthira K
13/12/2019 00:20
Greta Thunberg Meragukan Komitmen Negara Maju
Greta Thunberg(AFP)

GRETA Thunberg didapuk sebagai tokoh termuda dalam sejarah Time karena sukses menciptakan perubahan sikap global, mentransformasi jutaan kegelisahan menjadi sebuah gerakan dunia yang menuntut perubahan segera.

DI usianya yang baru 16 tahun, aktivis iklim remaja asal Swedia, Greta Thunberg, terpilih sebagai Person of The Year 2019 oleh majalah Time. Remaja itu mengalahkan 9 kandidat lainnya, termasuk Presiden AS Donald Trump, Presiden Tiongkok Xi Jinping, dan Co-Founder Facebook Mark Zuckerberg.

Lewat akun Twitter-nya, Thunberg merespons penganugerahan itu dengan suka cita. "Wow, ini sulit untuk dipercaya!" tulis gadis berambut panjang itu, Rabu (11/12).

Ia tidak menyombongkan diri. Thunberg malah ingin berbagi kehormatan besar itu dengan aktivis iklim di mana saja dan semua orang yang bergabung dalam gerakan global pemogokan kampanye perubahan iklim yang eksis dengan tagar #FridaysForFuture.

Thunberg dianggap mewakili suara generasinya dalam melawan darurat perubahan iklim dan menuntut aksi lingkungan dari para pembuat keputusan di seluruh dunia.

Saat berpidato dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 25 UNFCCC di Madrid, Spanyol, Rabu (11/12), Thunberg mengkritik para pemimpin dunia yang sibuk memoles citra mereka, alih-alih mengambil langkah agresif dalam memerangi perubahan iklim. "Sepertinya ini telah menjadi semacam kesempatan bagi negara-negara untuk menegosiasikan celah dan menghindar," ujar Thunberg, disusul suara riuh tepuk tangan dari para hadirin.

Ia meyakini, bahaya yang terbesar dalam antisipasi perubahan iklim bukanlah kelambanan. Bahaya yang sesungguhnya muncul ialah ketika politikus dan pimpinan perusahaan membuat seolah-olah ada tindakan nyata yang diambil, ketika sebenarnya hampir tidak ada yang dilakukan selain akuntansi yang cerdas dan komunikasi kreatif.

Politikus di Madrid memang sedang bergulat dengan isu-isu luar biasa dalam implementasi Perjanjian Paris 2015 yang bertujuan mencegah bencana pemanasan global, termasuk isu yang tajam tentang penghitungan emisi karbon.

Banyak negara dan perusahaan bergantung pada ide perdagangan karbon untuk memangkas produksi gas rumah kaca dan membantu membatasi kenaikan suhu antara 1,5-2 derajat celsius di atas tingkat praindustri.

"Angka nol dalam emisi di tahun 2050 tak berarti apa pun apabila emisi yang tinggi terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan. Untuk bertahan di bawah 1,5 derajat, kita harus menjaga karbon di dalam tanah," pungkasnya.

 

Balas kritik

Thunberg seorang diri dan tak mendapat sorotan saat memulai kampanye pemogokan sekolah untuk perubahan iklim di parlemen Swedia 2018 lalu, saat dirinya berusia 15 tahun. Namun, kini, gadis kelahiran Stockholm itu malah mengilhami jutaan orang dalam gerakan serupa di seluruh dunia yang membuatnya dinominasikan pula sebagai pemenang Nobel 2019.

"Kebijakan iklim yang ada sangat saklek dan kompleks serta Thunberg tidak punya solusi ajaib untuk mengubahnya," tulis majalah Time mengenai Thunberg.

Dia telah menawarkan kejelasan moral bagi mereka yang siap bertindak dan melemparkan cela kepada mereka yang memilih diam. Gadis yang dibesarkan di tengah keluarga seni itu menyadari, tidak semua orang menerima pesannya itu, terutama kalangan konservatif yang menonjol. Ia pun menghadapi kritik keras dari berbagai pihak.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro menjuluki Thunberg sebagai anak nakal.

Tak hanya itu, Thunberg juga menjadi subjek dari sejumlah teori konspirasi daring. Ia diejek soal masa mudanya atau diskreditkan karena menderita sindrom asperger, sejenis autisme ringan.

Namun, serangan-serangan yang berupaya mendiskreditkan kualitas dirinya agaknya juga berujung sia-sia. Thunberg tetap tegar dan melakukan serangan balik atas kritikan itu. "Sejujurnya saya tidak mengerti mengapa orang dewasa memilih untuk menghabiskan waktu dengan mengejek dan mengancam remaja dan anak-anak karena mempromosikan ilmu pengetahuan ketika mereka dapat melakukan sesuatu yang baik," pungkas Thunberg pada September lalu.

Thunberg menegaskan ia tidak mendapat uang atas aksi dan kampanye yang dilancarkan dalam menentang perubahan iklim. Sebaliknya, ia justru mendapat 12 juta pengikut di jejaring-jejaring media sosialnya dan memetik perhatian dari banyak tokoh dunia. (AFP/BBC/H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik