Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Mari Nyanyikan lagi Lagu-Lagu Anak

Ardi Teristi
13/10/2018 21:13
Mari Nyanyikan lagi Lagu-Lagu Anak
(DOK. MUSICA)

BERNYANYI seringkali menjadi aktivitas yang menghibur sekaligus memberi manfaat bagi anak, terutama yang sedang dalam masa tumbuh kembang. Akan tetapi, terpaan media massa dan media sosial dewasa ini membuat anak-anak mudah terekspos lagu-lagu orang dewasa.

Alhasil, tidak jarang kita jumpai anak-anak yang dengan fasih menyanyikan lagu-lagu soal percintaan, patah hati, maupun tema-tema dewasa lain. Padahal, lagu-lagu tersebut sedikit banyak dapat memengaruhi perkembangan mental anak.

Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Titiek Puspa, 80, merasa terpanggil untuk 'menyelamatkan' anak-anak dan lagu anak Indonesia. Lewat acara bertajuk Temu Kangen Titiek Puspa & Duta Cinta: Save Lagu Anak Indonesia bersama Sejuta Pelangi Indonesia, sang maestro mengajak orangtua dan anak-anak untuk kembali menyanyikan lagu-lagu anak.

"Saya merasa terpanggil dan punya tugas memberikan musik untuk anak-anak. Saya juga sangat senang mengurusi anak-anak," kata Titiek kepada Media Indonesia, di sela acara yang digelar di Plaza Indonesia, Jakarta, Minggu (7/10) itu.

Fenomena anak-anak yang terpikat lagu orang dewasa, dinilai Titiek juga tidak terlepas dari kurangnya lagu-lagu untuk konsumsi anak. Bisa dibilang industri lagu anak dewasa ini nyaris tidak terdengar suaranya. "Mau menyalahkan siapa susah juga. Mungkin lagu anak-anak kurang menguntungkan untuk produser-produser," duganya.

Alhasil, Titiek pun langsung turun tangan untuk menciptakan lagu-lagu anak. Sebagai ciri khas, ia acap menyelipkan pesan-pesan nasionalisme dalam lagu karyanya itu. Misalnya, pada lagu Aku Bangga Jadi Anak Indonesia, ada pesan agar anak-anak belajar mencintai dan bangga Tanah Air.

"Anak-anak harus mengerti negerinya indah bagaikan surga dan Indonesia adalah bangsa yang luar biasa," tegas perempuan yang telah menekuni dunia musik Indonesia sejak 1950-an itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, Titiek memang semakin intens menggelar kegiatan untuk anak, baik di atas panggung maupun di balik panggung. Selain menciptakan lagu, ia pun membidani kelahiran Duta Cinta Indonesia pada 2015, kelompok musik yang terdiri atas 10 anak Indonesia bersuara emas dari beragam daerah, etnik, dan agama.

"Misi Eyang Titiek yang ingin membangkitkan dan menyebarkan lagu-lagu anak Indonesia sangat menarik," imbuh Inara, seorang anggota Duta Cinta. Ia pun mengaku sangat kagum lagu-lagu besutan Titiek Puspa yang mengandung nilai-nilai karakter bangsa dan berjiwa nasionalis.

Rasa miris akan sedikitnya lagu-lagu dengan konten anak-anak dirasakan pula oleh Martha D Silalahi, Principal Jingga PR & Media Firm. Kesamaan itu yang mendorong pihaknya bekerja sama dengan Titiek Puspa untuk menyadarkan masyarakat soal pentingnya keberadaan lagu-lagu anak.

Dampak psikologis

Dosen Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar, Fitriyani F Syahrul, mengaku, ia termasuk orang yang galau atas banyaknya anak yang menyanyikan lagu dewasa, baik dari sisi teknik yang rumit maupun tema yang dewasa. Dua hal tersebut menurutnya akan berdampak pada perkembangan anak.

Ketika seorang anak menyanyikan lagu dengan teknik vokal yang sulit, kemampuan anak itu memang akan terlatih. Namun, di sisi lain, memudarkan keriangan dan sisi natural anak.

Sementara itu, dari sisi konten, anak-anak yang menyanyikan lagu dewasa berisiko bak dikarbit, matang sebelum waktunya. "Dengan mendengar dan menyanyikan lagu-lagu tersebut (konten dewasa), mereka jadi terstimulasi untuk memikirkan hal-hal yang semestinya belum mereka pikirkan," terang Fitriyani.

Pendapat senada diutarakan Dosen Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, Ryan Sugiarto. Jika seorang anak dibiarkan terus menyanyikan lagu dewasa, ujarnya, anak tersebut rawan mengalami percepatan maturasi yang tidak proporsional.

Ia menyayangkan fenomena tersebut mengingat masyarakat di Indonesia sebenarnya mempunyai tradisi panjang tentang lagu-lagu anak. Di Jawa, misalnya, terdapat lagu tradisional yang membangun kognitif, sosioemosi, dan motorik sang anak. "Tembang-tembang itu seringkali dinyanyikan sebagai pengiring permainan anak-anak sehingga secara fisik anak juga bergerak," kata penulis buku Psikologi Raos itu.

Lagu-lagu dolanan (bermain) itu pun bermuatan tuntunan untuk bekal hidup pada usia yang lebih dewasa, seperti tembang Sluku-Sluku Bathok yang mengajarkan nilai kecintaan kepada Tuhan, atau tembang Padhang Bulang yang mengajak anak tidak bersifat egois.

Maka dari itu, ia mendorong orangtua kembali mengajarkan lagu-lagu tradisional kepada buah hati mereka agar anak-anak tidak mengalami kekosongan nilai-nilai luhur. (M-2)

BOX:

Industri lagu anak mungkin memang tengah meredup. Akan tetapi, sesungguhnya banyak lagu anak Indonesia yang tak lekang oleh zaman, di antaranya Balonku, Potong Bebek Angsa, Pelangi, Berkibarlah Benderaku, Cicak di Dinding. Dari tangan-tangan dingin para pencipta lagu inilah lagu-lagu lestari tersebut lahir.

Pak Kasur

Terlahir dengan nama Soerjono di Purbalingga, pada 1912. Ia mulai diidentikkan dengan dunia anak setelah menjadi penyiar acara anak di RRI. Ia menciptakan tidak kurang dari 200 lagu anak. Beberapa yang terkenal ialah Dua Mata Saya, Naik Delman, Balonku, Potong Bebek Angsa, Topi Saya Bundar, dan lain-lain. Pada 1992, Pak Kasur wafat pada usia 78 tahun.

Bu Kasur

Sandiah, ialah istri Pak Kasur yang juga aktif di dunia pendidikan anak. Lagu-lagu buatannya yang melegenda, antara lain Bangun Tidur, Naik Delman, Bertepuk Tangan, juga Main Sembunyi. Bu Kasur menghembuskan napas terakhir pada 22 Oktober 2002 karena stroke.

Ibu Soed

Saridjah Niung alias Ibu Soed--diambil dari nama suaminya Raden Bintang Soedibjo--merupakan seorang pemusik, guru, seniman batik, dan pencipta lagu anak. Buah karyanya yang masih sering diajarkan orangtua masa kini ke anak mereka ialah Tik Tik Bunyi Hujan, Kupu-Kupu, Burung Kutilang, Naik-Naik ke Puncak Gunung, dan banyak lagi. Ia tutup usia pada usia 85 tahun pada 1993.

AT Mahmud

Empunya nama Abdullah Totong Mahmud ini menyeriusi dunia musik Tanah Air mulai 1962. Ia pernah mengasuh acara anak di TVRI, Ayo Menyanyi, dan Lagu Pilihanku. Salah satu keprihatinannya sebelum meninggal ialah minimnya acara lagu-lagu anak di layar kaca. AT Mahmud dikenal antara lain lewat lagu Pelangi, Bintang Kejora, Ambilkan Bulan, maupun Amelia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya