Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Terinspirasi Drama Jepang

Sri Utami
22/7/2018 07:00
Terinspirasi Drama Jepang
(MI/Permana)

MENJADI jurnalis sudah dicita-citakan Dade Salampessy, 28, sejak masih belia. Dia mengingat-ingat saat itu dirinya masih berusia sekitar 10 tahun. Dade sering berakting melaporkan kejadian bak reporter sungguhan.

"Keinginan jadi jurnalis muncul karena saya terinspirasi drama Jepang. Drama televisi berkisah tentang kehidupan seorang jurnalis bernama Tamaki Aso yang bekerja di sebuah televisi berita Jepang. Sejak itulah saya bilang dengan diri saya sendiri, bahwa saya ingin jadi jurnalis," ungkapnya.

Presenter program Opini On Metro TV ini menuturkan setelah masuk ke dunia reportase tersebut, ia banyak menemukan kejutan dan sukacita. Hal ini membuatnya banyak belajar dan mengenal banyak orang. Baginya menjadi jurnalis penuh tantangan dan tidak pernah membosankan.

"Banyak sekali pengalamannya. Bisa bertemu dengan orang baru, bahkan orang terkenal yang saya idolakan. Ke tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya itu juga menarik sekali, dan yang terpenting profesi ini tidak membosankan," terangnya.

Dalam dunia jurnalistik, lanjutnya, bekerja dengan sif panjang juga menjadi tantangan tersendiri. Pada kondisi tersebut dia harus mampu menyeimbangkan rasa lelah dan kewajiban melaporkan berita kepada masyarakat.

"Salah satu pengalaman seru waktu saya meliput terowongan roboh di Bandara Soekarno Hatta ada korban di sana. Saat itu saya harus bekerja kurang lebih 18 jam. Mengawal dari awal sampai akhir proses evakuasi. Rasa lelah pasti ada, ngantuk apalagi, tapi semua itu terbayar saat melihat para korban dievakuasi dengan selamat," jelasnya.

Sejak 2017 pria yang gemar membaca buku nonfiksi ini sudah menjadi produser junior. Saat itu dia bertugas untuk beberapa program di zona malam, yakni Top News, Metro Malam, dan program Dunia Hari Ini yang tayang perdana pada 15 Januari 2018.

"Tidak mudah menjadi produser sekaligus presenter di waktu yang bersamaan karena saya betul-betul harus bisa membagi waktu. "Kalau yang lain speed-nya lima, at least saya harus delapan karena pekerjaan saya sebagai produser selesai duluan untuk kemudian siap-siap siaran. Ha...ha...ha..." tuturnya sambil tertawa.

Jaga keseimbangan jiwa

Di tengah kesibukannya sebagai produser dan presenter, Dade berusaha menyeimbangkan tiga kecerdasan utama, yakni kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). "Bagi saya ini penting sekali kita menjaga keseimbangan tiga hal ini di dalam hidup," imbuhnya.

Menurutnya, ketiga aspek tersebut sangat berkaitan dengan pekerjaannya sebagai jurnalis. Tidak hanya kesempurnaan fisik, kecerdasan melihat angle berita harus tepat juga dalam mengolah kata saat berita akan disajikan. "Harus pintar mengolah kata karena harus tampil di depan layar untuk langsung menyampaikan sebuah fakta. Tampil di televisi tidak asal-asalan. Selanjutnya kecerdasan, vokal, dan persuasif jurnalis yang menentukan kredibilitasnya," terangnya.

Dia berharap bisa terus memberikan yang terbaik bagi profesi yang sudah diidamkannya sejak kecil. Namun, semua akan menjadi hampa tanpa rasa syukur yang harus selalu dirasakan setiap umat kepada Tuhannya. "Bagi saya hidup tidak bisa jauh dari sumber kehidupan, yaitu Tuhan. Setiap sebelum live report di lapangan ataupun mau siaran di studio, saya selalu bilang sama Tuhan dan bersyukur tiada henti," tutupnya.

TEASER: Saat masih berusia sekitar 10 tahun ia sering berakting melaporkan kejadian bak reporter sungguhan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya