Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Budi Bowoleksono Wisma Indonesia AS Rumah Rakyat

Usman Kansong
26/6/2018 00:15
Budi Bowoleksono Wisma Indonesia AS Rumah Rakyat
( ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

DUTA Besar Republik Indonesia (RI) untuk Amerika Serikat (AS) Budi Bowoleksono lebih suka bila kediaman resminya sebagai duta besar disebut Wisma Indonesia. Rupanya di balik sebutan Wisma Indonesia itu terkandung makna bahwa kediaman resminya itu adalah rumah rakyat. "Ini adalah rumah rakyat Indonesia yang ada di AS, tak peduli suku, agama, status. Ini adalah tempat 'pulang' mereka," kata Budi di sela-sela tugasnya menyambut dan menjamu Menteri ESDM Ignasius Jonan yang berkunjung ke Washington, Minggu (24/7).

Mereka yang dimaksud ialah warga negara Indonesia yang bekerja dan bermukim di AS. Mereka menjadikan Wisma Indonesia sebagai tempat berkumpul atau tempat pulang menurut istilah Budi. Pada saat Lebaran kemarin, seratusan warga Indonesia berkumpul untuk bersilaturahim di Wisma Indonesia. Budi pun menggelar upacara Hari Kemerdekaan Indonesia di Wisma Indonesia, bukan di KBRI yang terletak di pusat Kota Washington, supaya bisa dihadiri banyak warga negara Indonesia di sana.

Kembali pada kisah kunjungan Menteri Jonan, ia menjamu rombongan dengan makanan tradisional lontong pecel dan soto mi. Bukan cuma Jonan rupanya yang dijamu dengan makanan tradisional. Para anggota Kongres AS yang diundang ke Wisma Indonesia juga senantiasa dijamu dengan makanan tradisional atau makanan rakyat. "Makanan Indonesia itu budaya dan identitas bangsa Indonesia," katanya.

Lelaki yang akrab disebut Soni itu kemudian menyempatkan diri mengajak Media Indonesia dan dua media lain yang menyertai kunjungan Menteri ESDM berkeliling Wisma Indonesia. Terletak di kawasan berpohon rimbun serupa hutan di Washington DC, luas areal Wisma Indonesia mencapai 1,3 hektare. Sering kali, sebelum sekelilingnya dipagari, rusa masuk ke areal wisma.

Soni menunjuk satu pojok dekat lapangan tenis di area wisma. "Sering saya bikin acara resmi di sana. Saya minta warga kita memasak masakan Indonesia untuk disajikan ke para tamu. Tahu goreng, misalnya," kenang Budi.

Diplomasi melalui masakan
Di wisma terdapat semacam aula. Dari sana terdengar suara musik tradisional. Budi mengajak yang hadir saat itu melongok aula. Di dalamnya kami menyaksikan belasan orang, laki-laki dan perempuan, tua-muda, sedang berlatih musik Jawa Timuran serupa reog. "Mereka sedang latihan untuk acara halalbihalal nanti sore," ucap diplomat yang menjabat Dubes RI untuk AS sejak empat tahun silam itu.

Latihan tidak hanya digelar untuk acara halalbihalal, tetapi rutin dilakukan. Pun, bukan cuma kelompok reog ini yang menjadikan aula Wisma Indonesia sebagai tempat latihan, melainkan juga kelompok kesenian lain yang dibentuk warga Indonesia di AS. Budi pernah menampilkan grup reog itu di sebuah festival di AS.

Setelah mengantar kami berkeliling, Budi mengajak kami kembali ke ruang wisma. Kepada Media Indonesia, Budi memperlihatkan sebuah ruang makan dengan meja makan panjang. "Ini meja kerja saya yang kedua. Saya mengundang anggota kongres, baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat, ataupun tamu resmi lainnya untuk mencicipi masakan Indonesia. Diplomasi melalui masakan," kata lelaki kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik