Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Nadine Chandrawinata: Cinta Lingkungan Butuh Pengorbanan

Abdillah M Marzuqi
08/6/2018 09:24
 Nadine Chandrawinata: Cinta Lingkungan Butuh Pengorbanan
(MI/Adam Dwi)

SEBAGAI aktivis lingkungan, Nadine Chandrawinata tentu punya perhatian khusus terhadap sampah. Apalagi, sebagai pencinta olahraga selam, ia tentu kerap bersentuh­an langsung dengan kondisi bawah laut.

Ia mengaku pernah mengalami hal yang boleh jadi bakal membuat orang lain bergidik dan merasa jijik. Bayangkan, Nadine harus berenang di antara sampah yang mengapung di laut.

“Pada saat selesai menyelam, itu yang namanya be­renang di kolam sampah ya itu terjadi dan itu enggak enak,” ujar Nadine saat menjadi pembicara dalam acara peluncuran gerakan #Bijakberplastik dari Danone-AQUA di Hotel Rafles Jakarta (5/6).

Nadine bersinggungan dengan sampah bukan hanya saat selesai menyelam dan naik ke permukaan, melain­kan juga saat ia masih berada di bawah laut. Ia sering menjumpai plastik yang tersangkut di terumbu karang.

“Saya selalu bawa kantong sampah sendiri untuk plastik yang tersangkut diantara karang,” terus Nadine.

Dengan pengalaman seperti itu, apakah Nadine berputus asa lalu menghentikan hobinya menyelam? Ternyata tidak. Sebaliknya, Nadine getol mencari solusi untuk masalah sampah di laut.

“Mungkin karena saya pencinta kegiatan outdoor. Jadi, aku bisa langsung lihat yang terjadi. Aku bisa sha­ring apa yang aku lihat dan cari solusi­nya bersama-sama, yang mana sumber sampah itu dari daratan,” imbuhnya.

Dimulai dari rumah
Tidak hanya ketika berada di alam Nadine peduli terhadap lingkungan. Dalam aktivitas sehari-hari pun, ia tetap menjaga semangatnya.

Ia menganggap kebiasaan untuk menjaga lingkungan harus diawali dari rumah. Ia membiasakan diri untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selain itu, Nadine berusaha meminimalkan penggunaan plastik biarpun plastik untuk kantong sampah.

“Kalau di rumah itu memang harus diawali rumah. Yang aku lakukan, aku pisahin yang organik dan anorga­nik. Kemudian tong sampah sebisa mungkin aku enggak lapisin plastik. Itu membantu banget,” terus Nadine.

Bukan hal yang mudah untuk melakukan hal itu. Tidak semua sampah dalam kondisi kering, beberapa juga dalam kondisi basah. Artinya sampah harus segera dipindahkan jika tidak ingin seisi rumah bau. Kedisiplinan dan kemauan kuat dibutuhkan untuk bersikap seperti itu. Memilah dan memisah sampah sesuai dengan kondisinya.

“Memang itu sulit, jujur itu sulit banget. Aku pisahin makanya yang organik dan anorganik. Terus aku langsung masuk ke sampah besar. Itu artinya butuh disiplin memindahkan sampah kecil yang ada dari kamar, dapur, pindah ke luar,” sambungnya.

Sikap itu tidak hanya berlaku untuk penghuni rumah. Nadine juga menularkan semangat peduli lingkungan pada kerabat yang datang ke rumahnya. Ketika keponakannya datang, Nadine menanamkan kepada mereka kesadaran terhadap sampah yang dihasilkan. Secara tidak langsung, Nadine menanamkan sikap untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan.

Ajari ponakan
“Kalau ponak­an datang ke rumah biasa­nya dia berantakin rumah. Te­rus biasanya mereka makan, plastik sembarangan dibuang. Pasti aku minta mereka ikut membersih­kan. Kenapa? Biar mereka tahu sebe­rapa banyak sampah yang mereka buat,” sambungnya.

Nadine juga menyoroti kebiasaan buruk yang suka membuang sampah sembarangan. Menurutnya, setiap orang harus punya kesadaran untuk menyikapi sampah mereka. Hal terpenting ialah berkomitmen terhadap diri. Sikap bertanggung jawab atas sampah sendiri ialah yang dituju.

“Alasan kenapa kita bawa sampah kita ke dalam tas, atau mungkin ke dalam mobil. Kita punya inisiatif sendiri, enggak buang sampah ke luar mobil atau pas lagi motoran terus sembarangan puntung rokok. Itu sebenarnya balik lagi ke kita sendiri. Kita harus punya alasan kenapa kita harus menjaga sampah kita sendiri,” tegasnya.

Nadine punya alasan kuat untuk bijak dalam mengelola sampah pribadi. Nadine sadar ia bukan satu-satunya makhluk penghuni bumi. Masih banyak makhluk hidup lain yang juga membutuhkan tempat untuk hidup. Jika manusia semena-mena dengan perilaku buang sampah sembarangan, hal itu akan berdampak pada makhluk hidup lain.

Manusia, muasal, dan solusi
“Mungkin yang paling kita miss (lalai), di bumi ini kan bukan manusia saja yang tinggal, ada makhluk hidup lainnya. Pada saat kita buang sampah ke tanah atau ke mana pun yang mengalir nanti ada yang ke laut, itu ada makhluk hidup lainnya yang merasakan tindakan kita.

Harus diakui, manusia ialah penghasil sampah terbesar sekaligus yang paling bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan. Sebaliknya, manusia juga bisa menjadi penyelamat dan penjaga lingkung­an. Manusia bisa memilih.

“Jadi, secara garis besar kita penghasil (sampah) dan penghancur bumi, tapi kita penyelamat sebenarnya,” pungkas Nadine. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya