Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Maya Hasan Musik yang Menyembuhkan

Dhika Kusuma Winata [email protected]
19/1/2018 04:34
Maya Hasan Musik yang Menyembuhkan
(MI/Susanto)

MUSIK bukan hanya perkara dendangan rangkaian nada. Di mata pemain harpa Maya Christina Hasan, 46, nada-nada musik juga punya manfaat menyembuhkan tubuh. Semasa kecil ia mengaku kerap jatuh pingsan. Kesibukannya menjalani berbagai kegiatan, termasuk aktivitas sekolah, hingga pukul 02.00 dini hari membuat tubuhnya sering kelelahan. Terlebih, sewaktu itu ia memiliki masalah tekanan darah rendah. Tak dinyana, seiring dengan dia berlatih harpa, lambat laun masalah kerap pingsan itu tak lagi muncul. "Sejak sekolah musik dan latihan terus, sudah tidak pernah pingsan seperti dulu. Jadi, saya membuat diri saya sehat dengan latihan berjam-jam. Setelah mempelajari bidang music for healing baru sadar akhirnya bahwa musik bisa untuk menyembuhkan," tuturnya saat berbincang dengan Media Indonesia di bilangan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (18/1).

Kini, Maya tak hanya memainkan harpanya untuk pertunjukan musik. Pada 2013, perempuan kelahiran Hong Kong itu mengantongi sertifikat sebagai praktisi atau terapis musik untuk penyembuhan (music for healing) dari International Harp Therapy Program (IHTP), Amerika Serikat. Selain sebagai penampil musik, ia menjalani profesi sebagai terapis musik untuk penyembuhan menggunakan harpa dan memiliki tempat praktik tetap di kawasan Permata Hijau. Menurutnya, tubuh manusia berisi beragam gelombang yang menyimpan bebunyian. Baik itu yang bisa terdengar seperti suara perut keroncongan atau pun detak jantung, hingga yang tak bisa terdengar seperti gelombang aliran darah. Sayangnya, manusia hanya mampu mendengar gelombang secara terbatas, yakni pada rentang 20 hingga 20 ribu hertz. "Kita sendiri ini adalah orkestra. Tubuh kita adalah sebuah orkestrasi yang semuanya berisi gelombang."

Ia mengatakan jutaan sel yang ada di tubuh kerap rusak akibat paparan polusi sehari-hari. Akibatnya, tubuh mudah terserang penyakit. Maya meyakini tubuh manusia sebenarnya memiliki sistem untuk menyembuhkan secara mandiri. Terapi musik yang melahirkan gelombang frekuensi, ucapnya, bisa mendorong perbaikan sel-sel tubuh. "Dengan terapi musik menggunakan harpa, yang saya lakukan adalah mengubah sel tubuh dari yang tidak karuan bentuknya menjadi heksagonal. Kita ingin sel tubuh kita semakin baik sehingga resepsi terhadap hal-hal yang baik bagi tubuh kita bisa maksimal. Tubuh kita sebenarnya memiliki sistem penyembuhan sendiri ketika sel-sel tubuh kita bagus. Pengetahuan itu hanya bisa didapat dari mempelajari tubuh sendiri dan mempelajari tentang frekuensi secara ilmiah," jelasnya.

Tingkatkan kemampuan diri
Meski baru memiliki sertifikat sejak 2013, Maya mengaku ketertarikannya dengan musik sebagai terapi sudah muncul hampir dua dekade silam. Ia merasa perlu meningkatkan kemampuan diri dengan menjajal bidang lain selain sebagai penampil musik, tetapi tetap bersetia dengan harpa. "Saya mulai tertarik pada 1999 saat saya mengalami masa seperti statis. Aduh, mau ngapain lagi nih? Ternyata ada orang-orang yang menggunakan harpa untuk perawatan paliatif untuk mengakselerasi proses penyembuhan, misalnya perawatan pascakecelakaan," ujar Direktur Pengembangan Program IHTP Asia di Indonesia itu.

Ia lalu berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar perawatan paliatif. Namun, sekembalinya ke Indonesia ia merasa ragu bisa mengaplikasikan musik untuk penyembuhan. Perawatan semacam itu masih tergolong asing. Baru hingga 2011 ia benar-benar mantap melangkah dengan mengambil program IHTP selama dua tahun. Bidang yang dipelajari pun beragam, mulai anatomi, psikologi, pemrograman neurolinguistik, hipnosis, dan obat-obatan. "Musik itu ibarat mata panah yang banyak dan bisa membidik banyak arah. Bisa mengatasi kecemasan, mengatasi stres, mengatasi untuk kontrol diri," tutupnya. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya