Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
GAJAH, binatang berbelalai dengan tubuh yang besar itu, punya tempat khusus di hati penyanyi Tulus, 30. Gajah merupakan inspirasi di balik salah satu lagu karya Tulus, Gajah. Hewan itu juga ditampilkan di videoklip lagu itu yang dibuat pada 2014 silam. Namun, kabar duka datang di 2015. Yongki, nama gajah yang tampil di videoklip itu, mati dibunuh dan diambil gadingnya. Kejadian itu bertepatan dengan momen penghargaan album Gajah milik Tulus sebagai album terbaik di Anugerah Musik Indonesia 2015. Betapa pedih hati Tulus saat itu.
Sebagai bentuk kepedulian pada binatang yang populasinya menurun dari waktu ke waktu, Tulus lalu bekerja sama dengan WWF Indonesia membuat kampanye berjudul #TemanGajah. Kampanye itu merupakan kelanjutan dari kampanye #JanganBunuhGajah yang juga turut digalakkan Tulus tahun lalu. “Kepedulian lingkungan itu sebuah komitmen yang harus terus dijalani semampu, sekuat tenaga yang kita bisa,” kata Tulus, menjelaskan latar belakang kampanye #TemanGajah di Jakarta, Kamis (19/10) Dia mengaku terkejut ketika mendapat respons yang bagus saat periode kampanye #JanganBunuhGajah tahun lalu. Hal itu membuatnya semakin bersemangat meneruskan usahanya untuk membantu melindungi gajah sumatra.
Kali ini, kampanye itu juga menggandeng portal penggalangan dana Kitabisa.com, perusahaan konsultan bisnis Big Change Indonesia, dan studio desain Nusae dan Synchro. Jika dibandingkan dengan kampanye tahun lalu, Tulus menyebut kampanye kali ini lebih ringan dan hangat. Sasarannya ialah anak-anak sekolah hingga mahasiswa. Direncanakan, untuk tahap awal, kotak-kotak donasi akan diletakkan di 20 sekolah dasar (SD) di Jakarta untuk menggalang dana sekaligus menanamkan kesadaran peduli alam pada generasi muda.
Penggalangan dana pada kampanye kali ini menargetkan Rp1 miliar. Untuk tahap pertama, diharapkan terkumpul setengahnya. Kemudian kampanye akan diperluas ke tingkat SMP, SMA, hingga universitas. Saluran donasi juga dibuka lewat Kitabisa.com. Hasil penggalangan dana nanti akan disalurkan untuk membeli kalung satelit GPS gajah yang didatangkan dari Afrika.
“Targetnya 20 kalung, satu kalung harganya Rp40 juta-50 juta,” ujar Tulus yang meyakini target itu bisa tercapai. Kalung pendeteksi lokasi itu berfungsi memantau keberadaan gajah sehingga ancaman untuk hewan itu bisa diantisipasi.
Akibat konversi hutan
Pada kesempatan sama, Elephant Counselor Special Coordinator WWF Indonesia Wishnu Sukmantoro memaparkan populasi gajah sumatra terus menurun. Pada 1985, poulasinya berkisar 2.400-4.800 ekor. Pada 2016, jumlah gajah sumatra diperkirakan kurang dari 2.000 ekor.
Jumlah gajah dalam satu klan (kelompok) juga makin sedikit. Wishnu mengatakan ia sempat melihat ada 108 ekor gajah dalam satu klan pada 1994. “Namun, terakhir pada 2012, paling banyak satu klan hanya 50-60 individu,” kata dia. Selain gajah diburu, habitatnya banyak yang rusak akibat konversi hutan. Konversi itu membuat jumlah makanan gajah terus menurun. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved