Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Lula Kamal Penolak Vaksin Diberi Pencerahan

Indriyani Astuti [email protected]
11/10/2017 04:31
Lula Kamal Penolak Vaksin Diberi Pencerahan
(MI/ANGGA YUNIAR)

AKTRIS sekaligus pembawa acara Lula Kamal, 47, menyayangkan penolakan terhadap program imunisasi measles dan rubella (MR) yang diberikan pemerintah kepada anak sekolah baru-baru ini. Perempuan kelahiran Jakarta, 10 April 1970, itu berharap mereka yang menolak vaksin atau bisa disebut dengan anti-vaxers mendapatkan pencerahan bahwa sebenarnya program tersebut aman dan merupakan langkah pencegahan dini dari suatu penyakit untuk membangun kekebalan.

"Ada gelombang antivaksin. Saya tidak mengerti bagaimana cara berpikirnya. Ini negara masih negara berkembang kalau bicara di Eropa mungkin sudah lebih bersih. Kalau masih tinggal di sini makan di pinggir jalan. Barang kali masih banyak bakterinya. Kita masih hidup sama kuman. Bahwa kemudian ada cara kita bisa lebih kebal dengan pemberian virus yang sudah dilemahkan melalui imunisasi, kenapa tidak?" tanya lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Ibu tiga anak, Kyla Tahira, Karim Muhammad Tirta Sasmita, dan Halil Muhammad Tirta Sasmita, itu mengatakan vaksin memang tidak memberikan perlindungan kekebalan 100%.
Akan tetapi, imunisasi merupakan langkah pencegahan sehingga saat sudah divaksin dan sewaktu-waktu terkena penyakit, tidak sampai pada kondisi yang parah. "Ayo, dong, mudah-mudahan yang menolak vaksin diberi pencerahan lebih jauh karena setiap orang ketika ditanya akan punya alasan berbeda-beda. Namun, dengan membaca lebih jauh, akan dapat pencerahan. Apa sih yang ditakutkan dari vaksinasi?" ujar perempuan yang telah menamatkan pendidikan magister di bidang rehabilitasi narkoba dan adiksi dari King's College, London, Inggris, tersebut.

Menurutnya, vaksinasi sebelum diberikan kepada masyarakat telah melalui penelitian dan uji coba klinis sekian lama. Selain itu, bila ditinjau dari manfaatnya, itu jauh lebih banyak daripada mudarat atau kerugiannya. "Kalau punya anak yang tidak pernah sakit tanpa divaksin itu sebetulnya rezeki dari Allah. Kita hidup sudah berbarengan dengan kuman," canda Lula.

Cegah demam berdarah
Lula menuturkan dia menerapkan perilaku hidup bersih di rumah kepada anak-anaknya, misalnya untuk pencegahan demam berdarah. Alumnus Abang- None Jakarta pada 1990 itu mengatakan dia mengajarkan supaya anak-anak tidak menggunakan bak mandi untuk menghindari genangan air sebagai media perkembangbiakan nyamuk. "Di rumah ada bak tapi dalam kondisi yang benar-benar kering. Selain itu, saya sudah tidak punya vas kembang yang ada airnya. Air yang tergenang di rumah tidak ada," terangnya.

Untuk langkah antisipasi, dia juga menggunakan obat nyamuk semprot. Biasanya itu dilakukan setelah anak-anak berangkat sekolah dan pada jam saat nyamuk Aedes aegypti aktif, yakni pagi dan sore hari. "Saya pakai obat nyamuk yang lebih tinggi levelnya. Memang tidak ada yang aman sekali. Menurut WHO ada kelas yang paling aman karena unlikely make a hazard human being. Itu yang kita pakai. Kalau kita masih jorok dan perilaku hidup tidak bersih sama saja," tegasnya. Oleh karena itu, dia mengingatkan kebersihan lingkungan harus dijaga bersama-sama. Kebersihan, ujarnya, menjadi tanggung jawab semua masyarakat. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya