Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PEMERINTAH akan menjadikan pelaksanaan haji dan umrah Indonesia sebagai pasar perintis masuknya produk-produk nasional ke Arab Saudi. Dengan harapan, Indonesia bisa menikmati sepertiga dari nilai ekonomi yang terjadi selama pelaksanaan haji dan umrah. Karena, jemaah haji Indonesia merupakan jemaah haji terbesar di dunia.
Konsul Jenderal Indonesia di Jeddah, M. Hery Saripudin, menyampaikan hal itu, di Jeddah, Sabtu (24/8).
"Pasar perintis mengandalkan kepada haji. Dengan cara pemerintah memformulasikan kebijakan. Sejak 3 tahun kami berusaha, KJRI, kemenag, Kemendag dan instansi lainnya ingin menyamakan bahasa bahwa (pasar) haji ini besar," kata M Hery Saripudin.
Menurut dia, selama ini Indonesia telah masuk ke pasar reguler. Di mana produk nasional telah dinikmati warga Indonesia maupun Arab Saudi.
Baca juga: Turki Ingin Belajar Soal Pengelolaan Haji dari Indonesia
Saat ini, lanjutnya, pemerintah juga fokus mengambil pasar haji dan umrah yang dinilai sangat besar. Mulai dari sisi anggaran maupun jumlah jemaah.Dia menyebutkann bahwa pasar yang bisa diambil mulai dari sektor transportasi, konsumsi, akomodasi, kesehatan dan lainnya.
"Paling tidak kalau tidak setengah, ya seperempat kembali ke Indonesia, ini idealnya," jelas M Hery
Lebih lanjut dia mencontohkan, bahwa sejak 3 tahun terakhir ini pemerintah telah meminta pengusaha yang ingin mengikuti tender pengadaan kebutuhan haji dan umrah untuk jemaah Indonesia harus memakai produk buatan nasional.
Tim dari pemerintah, kata dia, akan memastikan jika pengusaha yang lolos tender benar-benar memakai produk nasional.
Hal itu, seperti pada pengadaan makanan jemaah haji. "Tidak hanya rule tapi juga membentuk tim verifikasi kita datangi secara diam-diam ke dapur mereka. Kita lihat inventory mereka apakah ada produk yang bisa digantikan dengan produk Indonesia," katanya lagi.
Dia menyatakan, bahwa saat ini banyak pengusaha Arab Saudi yang mulai melirik produk nasional. Mulai dari makanan minuman, tekstil, produk farmasi dan lainnya.
Hal tersebut, bisa dilihat dari jumlah pengusaha Arab Saudi yang mendatangi Trade Expo Indonesia (TEI) yang berlangsung di Jakarta. Seperti pada tahun lalu sekitar 390 pengusaha Arab Saudi hadir di TEI.
Catatan Konjen Jeddah, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus. Pada periode Januari-Juni 2018 dibandingkan Januari-Juni 2019. Tahun lalu nilainya US$637,92 juta tahun ini naik menjadi US$ 699, 063 juta.
Bahkan, kata dia, surplus per juni 2019 naik hingga 191% dari US$ 105,96 juta di 2018 menjadi US$300,018 juta di 2019.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved