Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PASCAKEPUTUSAN Federal Open Market Committee (FOMC) untuk meningkatkan bunga acuan fed funds rate (FFR) 25 basis points (bps), nilai tukar rupiah menguat tipis 51 poin dari Rp13.313 menjadi Rp13.364 per US$1.
Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat 78,34 poin atau 1,44% menjadi 5.510.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menjelaskan kenaikan FFR saat ini sudah diperhitungkan (price in) pelaku pasar. Hal tersebut terefleksikan oleh penguatan rupiah yang ditutup menguat 0,12% pada hari ini.
“Rupiah menguat 0,12%. Bahkan, IHSG naik 1,5% ke 5.500 sekian. Artinya, yang kami khawatirkan kenaikan FFR akan diikuti pelemahan di local currency atau bursa itu tidak terjadi sehingga kami lihat masih positif,” terang Budi di Kantor BI, kemarin.
Sejauh ini, inflow di pasar uang hingga 13 Maret masih menunjukkan tren yang baik dengan ekuivalen US$2,1-US$2,2 miliar. Hal tersebut menunjukkan Indonesia masih dipandang baik dari tingkat pengembalian bunganya.
Meski demikian, BI tetap mewaspadai risiko yang mungkin terjadi dalam jangka pendek, baik yang berasal dari global maupun domestik.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan arah kebijakan ekonomi dan perdagangan Amerika serta dampak lanjutan kenaikan FFR juga risiko geopolitik Eropa akan masuk pantauan BI. Sementara itu, untuk risiko domestik, utamanya ialah dampak dari administered price terhadap inflasi.
Rapat Dewan Gubernur BI kemarin memutuskan tetap menahan BI 7 days reverse repo rate pada tingkatan 4,75% dengan suku bunga deposit facility tetap 4% dan landing facility tetap ada 5,5%.
Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan, selain telah diperhitungkan pasar, penguatan nilai tukar rupiah disebabkan neraca perdagangan Indonesia masih surplus. “Saya memperkirakan total surplus neraca perdagangan di 2017 akan mencapai US$7,5 miliar. Selama dua bulan pertama di 2017 angka surplus neraca perdagangan sudah mencapai lebih dari US$2,5 miliar, lebih tinggi daripada ekspektasi,” urai Adrian.
Dirut BNI Tbk Achmad Baiquni mengatakan pihaknya telah memperhitungkan faktor kenaikan FFR dalam pengelolaan likuiditasnya. “Dengan situasi likuiditas seperti ini, kami sudah perhitungkan adanya kenaikan dari Fed,” tuturnya.
Ekonomi tumbuh
BI melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan masih akan positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, diperkirakan tumbuh relatif kuat dengan didorong investasi yang meningkat, konsumsi tinggi, dan kinerja ekspor membaik. “Investasi nonbangunan diperkirakan terus membaik yang tecermin dari berlanjutnya peningkatan penjualan alat berat serta penjualan semen yang mulai tumbuh positif,” terang Tirta.
Dari sisi eksternal kinerja ekspor juga akan tetap meningkat seiring dengan kenaikan harga komoditas. Dengan berbagai perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2017, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0%-5,4% (yoy).
Sementara itu, pemerintah pada tahun depan berencana membuat rancangan program terkaitd dengan pemerataan ekonomi pada 2018 nanti. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan ada empat poin utama yang akan difokuskan dalam rancangan tersebut. Pertama reforma agraria. Kedua sektor produksi seperti pertanian, perkebunan, dan nelayan. Ketiga vokasi. Keempat perumahan rakyat, industri kecil, dan ritel. (Fat/Try/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved