Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Industri Farmasi semakin Sehat

Anastasia Arvirianty
17/3/2017 10:25
Industri Farmasi semakin Sehat
(MI)

BERDASARKAN letak geografis, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pasar farmasi tercepat di dunia. Menurut GM Quintilies IMS Indonesia Wiwy Sasongko, pasar farmasi Indonesia rata-rata tumbuh 20,6% per tahun terhitung sejak 2011-2016 dan kini terdapat sekitar 239 per­usahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia.

Selain itu, berdasarkan data realisasi investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN), sektor itu didominasi industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi senilai Rp12,9 triliun. Untuk realisasi penanaman modal asing (PMA), industri tersebut termasuk dalam lima besar investasi dengan nilai sebesar US$700 juta.

“Tingginya nilai investasi industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi menunjukkan investor masih optimistis sehingga industri ini akan menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk investasi di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Wiwy dalam konferensi pers, di Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan sama, Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia Kendrariadi Suhanda mengatakan upaya lain untuk terus mengembangkan industri farmasi itu yakni melalui ajang Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhI SEA) 2017. Melalui ajang itu, pelaku industri farmasi dapat memperluas peluang membangun jejaring dan kerja sama sehingga mampu berkontribusi dalam meningkatkan industri farmasi di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.

“Dengan demikian, bisa mewujudkan roadmap industri farmasi di 2025 mendatang, yang pangsa pasar penjualannya mencapai Rp700 triliun,” ujarnya.

Diakuinya, pertumbuhan industri farmasi pada tahun lalu hanya mencapai 7%. Namun, pada tahun ini industri farmasi diprediksi mampu mencapai pertumbuhan paling tidak 10%.

Hal itu, kata dia, disebabkan mulai membaiknya situasi perekonomian, ditambah dengan proyeksi bahwa industri kesehatan akan gemilang di tahun ini.

Bahan baku
Menurut dia, fokus utama pemerintah dalam mendorong investasi industri tersebut, salah satu cara­nya, ialah dengan membuat pabrik bahan baku farmasi.

Hal itu disebabkan selama ini, berdasarkan data GP Farmasi Indonesia, ketergantungan impor bahan baku obat mencapai 95% dengan mayoritas negara pengimpor yakni Tiongkok, India, Jepang, dan beberapa negara di Eropa. Porsi bahan baku akan berpengaruh terhadap struktur obat sekitar 20%-30% dari harga jual pabrik.

Karena itu, Kendrariadi berharap pemerintah mau mencoba me­nyusun, bukan hanya perkembangan industri hilir tetapi juga bagaimana dengan pengembangan bahan bakunya. “Pengembangan industri bahan baku farmasi tentunya untuk mengurangi impor sehingga dapat menekan harga obat di Indonesia,” tuturnya.

Menurut Kendrariadi, yang terjadi saat ini ialah harga obat memang murah sehingga dari segi volume penjualan tercatat tinggi dengan adanya bantuan JKN dan BPJS Kesehatan. Namun, dari segi nilai (harga), mengalami penurunan sehingga tantangan saat ini ialah bagaimana menurunkan impor bahan baku agar harga jual obat menjadi lebih murah dengan volume penjualan dan nilai yang terus meningkat. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya