Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MEMILIKI properti di tengah kota seperti Jakarta, bukanlah hal yang mudah bagi masyarakat menengah bawah. Penyebabnya harga tanah yang sangat mahal.
Pemerintah menetapkan PP Nomor 14/2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Peraturan tersebut, antara lain mewajibkan pengembang membangun perumahan dan kawasan permukiman secara berimbang dengan komposisi tertentu. Misal, pembangunan berskala besar yang mesti melaksanakan hunian berimbang 1:2:3. Artinya, satu rumah mewah berbanding tiga rumah murah.
Faktanya, banyak pengembang mengalihkan pembangunan rumah murah ke kawasan pinggiran kota.
“Pengembang akhirnya mengikuti mekanisme pasar karena pemerintah tidak ada ketegasan. Padahal, kalau pemerintah ingin bangun rumah vertikal menengah ke bawah itu bisa di tengah kota,” ujar pengamat properti Panangian Simanungkalit, ketika dihubungi, Rabu (15/3).
Tidak adanya pilihan properti dengan harga terjangkau di tengah kota membuat masyarakat terpaksa mencari rumah di pinggiran. Hunian dengan harga di bawah Rp500 juta tersebar di kota-kota penyangga seperti Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
“Sebenarnya tidak masalah membeli rumah khususnya untuk rumah pertama di pinggiran Jakarta, dan prospek pertumbuhan properti di daerah pinggiran juga cukup baik seiring dengan adanya peningkatan infrastruktur transportasi,” ujarnya.
Head of Marketing Customer Rumah123, Fanny Meilana, menilai membeli rumah di pinggiran Jakarta merupakan pilihan rasional daripada harus selamanya mengontrak rumah atau indekos di tengah kota yang tentu harga sewa tidak murah.
Menurut dia, dengan sistem transportasi yang ada saat ini, tinggal di kota penyangga sudah bukan masalah untuk menjangkau pusat kota.
Rumah dengan harga Rp120 juta masih tersedia di Ciseeng, Bogor, Bogor, dan Sawangan, Depok, sebagaimana terlihat pada Festival Properti Indonesia yang diselenggarakan Rumah123 di Margo City Depok dan Kota Kasablanka. “Sengaja kami membuat festival properti pada 7-12 Maret dan 14-19 Maret untuk membantu masyarakat mencari hunian dengan harga terjangkau meskipun di pinggiran Jakarta.”
Investasi Tumbuh
Business Intelligence and Analytics Manager Rumah123 Hardi Saputra mengatakan, berdasarkan kajian yang dilakukan, kenaikan harga properti residensial di Jabodetabek untuk rumah tapak sekitar 27% pada kuartal I 2017 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara, harga apartemen tumbuh 31%.
“Kenaikan rumah tapak tertinggi di Bekasi sebesar 71% dan Tangerang naik 62%. Sementara untuk peningkatan harga apartemen tertinggi terjadi di Tangerang sebesar 72% dan di Depok sebesar 50%,” ujar Hardi.
Secara keseluruhan, pertumbuhan harga properti di kota-kota penyangga Jakarta rata-rata di atas 30%, sementara kenaikan harga di Jakarta tumbuh di bawah 30%.
Di kesempatan lain, Country Manager Rumah.com Wasudewan mengatakan, sebenarnya masih ada properti dengan harga terjangkau di Jakarta, tetapi berbentuk hunian vertikal.
“Masih ada apartemen Rp200 jutaan di Jakarta Timur. Sementara, rumah tapak sudah tidak ada. Pilihannya ya tinggal di apartemen asalkan di tengah kota atau rela menepi ke pinggiran Jakarta untuk bisa beli rumah tapak,” tukasnya. (S-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved