Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PRESIDEN Joko Widodo khawatir realisasi laju inflasi pada 2017 akan lebih besar jika dibandingkan dengan 2016 yang mencapai 3,02%. Penyebabnya ialah tingginya angka inflasi berpotensi mengganggu perekonomian.
"Saya khawatir tahun ini kalau kita tidak hati-hati, kita tidak bisa mempertahankan di angka 3%-3,5%," kata Presiden Jokowi ketika membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2017 di Istana Negara Jakarta, Jumat (21/2).
Ia meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk terus memantau ketersediaan bahan-bahan pokok sehingga harga-harga bisa dikendalikan.
"Sekali lagi agar angka inflasi yang 3,02% betul-betul terus dilihat," ujar Presiden Jokowi. Meskipun APBN 2017 menetapkan asumsi inflasi sebesar 4,0%, Presiden Jokowi menginginkan inflasi 2017 lebih rendah daripada 2016. Bahkan, jika bisa, inflasi ini justru ditekan hingga berada di angka 1%.
"Target saya harus selalu turun-turun terus karena di negara-negara yang sudah stabil, inflasi paling 0 koma sampai 1%, masa kita yang dulu-dulu sampai 8%-9%, bahkan lebih. Ini harus dikendalikan," tegas Jokowi.
Kemendag diminta melakukan tugas dalam urusan stok barang, terutama bahan-bahan pokok. Ia meminta Kemendag membangun sistem aplikasi pemantauan harga dari daerah hingga pusat.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pihaknya akan berupaya mengendalikan inflasi yang ditargetkan sebesar 4% plus minus 1% dengan menjamin pasokan bahan pokok yang tersedia untuk masyarakat.
"Pengendalian inflasi, terutama dari bahan pokok, untuk ketersediaan dan pengendalian harga," kata Enggartiasto di dalam konferensi pers di Istana Negara Jakarta, Selasa (21/2).
Tren naik berlanjut
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai kekhawatiran presiden akan lonjakan inflasi ialah hal wajar karena ada potensi inflasi melonjak hingga 5%.
"Kekhawatiran itu wajar sebab memang ada potensi inflasi menjadi lebih tinggi karena di samping volatilitas harga (bahan pokok) juga adanya potensi (inflasi) dari kenaikan administered price," terang Faisal saat dihubungi, Selasa (21/2).
Hal itu merujuk pada rencana pemerintah menaikkan administered price lainnya, beberapa bulan ke depan.
Faisal juga membenarkan persoalan yang harus dibenahi pemerintah ialah distribusi, pengawasan stok cadangan pangan, dan upaya memberantas praktik spekulasi.
DBS Group Research memperkirakan inflasi di Indonesia pada tahun ini dapat mencapai kisaran 5%. Hal itu bisa terjadi apabila inflasi terus bergerak dalam kecepatannya seperti pada awal tahun ini.
"Inflasi kelompok transportasi mencapai 2,8% (year on year/yoy) pada Januari, melonjak dari -0,7% pada Desember. Kondisi itu tampaknya akan berlanjut dengan tren harga minyak dunia," demikian pernyataan DBS Group Research dalam keterangan tertulis, Selasa (21/2).
DBS Group Research juga menyoroti kenaikan laju inflasi inti tahunan yang pada Januari mencapai 3,4% dari bulan sebelumnya 3,1%.
Awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi Januari 2017 sebesar 0,97%. Level tersebut merupakan tertinggi untuk Januari selama tiga tahun terakhir. Sementara itu, laju inflasi tahunan pada Januari 2017 ialah 3,49%. (Dro/Sha/Ant/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved