Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyiapkan dana untuk pertumbuhan belanja anorganik sebesar Rp4 triliun pada 2017. Dana itu akan digunakan untuk pendanaan akuisisi perbankan dan tambahan modal anak usaha.
“Ya sesuai dengan janji saya ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga, kami masih evaluasi bank-bank kecil yang bisa kami akuisisi. Kami masih ingin lihat pasar, apakah ada bank yang cukup baik,” ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, di Jakarta, Selasa (7/2).
Saat ini perseroan itu masih mengkaji beberapa bank dengan modal minim untuk diakuisisi. Kajian secara mendalam terus dilakukan agar aksi korporasi yang dilakukan bisa tepat dan nantinya mendukung aktivitas bisnis di masa mendatang.
Sejatinya rencana akuisisi bank-bank bermodal minim oleh BCA sudah menggema beberapa tahun lalu. Namun, akuisisi itu tidak kunjung terlaksana lantaran BCA masih bersikap fleksibel.
Pada 2016, BCA mewacanakan akuisisi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I. Bank yang akan diakuisi rencananya dijadikan sebagai bank khusus untuk menggarap segmen ritel atau UKM.
Sementara itu, dana untuk pengembangan anak usaha akan dilakukan untuk membentuk anak usaha baru di lini modal ventura yang bernama PT Central Capital Ventura (CCV). CCV didirikan BCA untuk merambah bisnis finansial berbasis financial technology.
Untuk mendirikan CCV, BCA menyuntikkan modal Rp200 miliar. Sayangnya, Jahja masih enggan merinci berapa dari Rp4 triliun tersebut yang akan digunakan untuk akuisisi dan tambahan modal anak usaha. “Kami fleksibel saja untuk Rp4 triliun itu. Yang penting kami siapkan dulu dananya. Yang namanya bisnis kan bisa saja suatu saat butuh modal tambahan. Jadi, kita sudah menyiapkannya,” ujar dia. BCA pada 2017 menargetkan pertumbuhan kredit yang konservatif, yaitu 10,1% (year on year/yoy).
Penyaluran kredit
Bank Syariah Bukopin (BSB) berhasil membukukan penyaluran kredit dan pengumpulan dana pihak kKetiga (DPK) di atas rata-rata industri perbankan sepanjang 2016.
“Hingga akhir Desember 2016 untuk komposisi DPK tercatat sebesar Rp5,443 triliun atau naik 14,43% yoy. Penyaluran pembiayaan sebesar Rp4,7 triliun atau naik 11,43%,” ungkap Direktur Bisnis BSB Aris Wahyudi di sela acara penarikan tabungan berhadiah program berkah iB SiAga berhadiah periode ketiga, di Jakarta.
Ekspansi kredit BSB, urai Aris, berfokus pada lima sektor, yakni pendidikan, kesehatan, perdagangan, kontraktor, dan pemasok. Namun, sektor pendidikan dan kesehatan, diakui Aris, merupakan dua sektor yang paling diunggulkan.
Berkat ekspansi kredit yang cukup tinggi itu, BSB berhasil membukukan laba Rp60 miliar tahun lalu.
Pencapaian lainnya ialah peningkatan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) menjadi 17,53% dari posisi 2015 yakni 15%.
“Itu berkat suntikan modal dari Bank Bukopin Rp100 miliar. Harapannya paling tidak tahun ini suntikan modalnya samalah dengan tahun lalu,” terang dia.
Dengan kinerja yang baik seperti saat ini, status Bank BUKU I yang saat ini disandang BJB dapat segera naik menjadi BUKU II tahun depan. (Ant/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved