Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Pentingnya Inovasi Digital Tingkatkan Customer Engagement dan Keberlangsungan Bisnis

Rahmatul Fajri
08/8/2025 21:18
Pentingnya Inovasi Digital Tingkatkan Customer Engagement dan Keberlangsungan Bisnis
#GROWTH Summit 2025 Jakarta di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (7/8/2025).(Dok Moengage )

MOENGAGE menggelar #GROWTH Summit 2025 Jakarta di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (7/8). Acara ini menghadirkan sejumlah pakar industri, CXO, dan pemimpin terkemuka di bidang marketing, customer engagement, teknologi informasi, dan pertumbuhan bisnis.

Country Head dari Moengage Roy Simangunsong mengatakan, forum ini menjadi wadah berbagi dan diskusi bagi para pelaku di industri perbankan, keuangan, ritel, dan teknologi informasi. Khususnya, mengenai pentingnya inovasi digital dalam rangka peningkatan customer engagement untuk menjaga keberlangsungan bisnis.

Dalam sesi Fireside Chat bertema Banking Theme hadir Wakil Ketua Komtap II Kajian Ekonomi Global Strategis Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Josua Pardede, serta Ketua Bidang IT & Operation Perbanas Toto Prasetio. Josua mewanti-wanti potensi banjirnya produk asal Tiongkok ke Indonesia sebagai dampak dari kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Josua menjelaskan bahwa Tiongkok dikenakan tarif sebesar 30% oleh Trump, sehingga produk dari negara Tirai Bambu tersebut sulit menembus pasar AS. Oleh karena itu, Tiongkok berpotensi mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia yang telah menjadi mitra dagangnya.

“Produk-produk dari Tiongkok ini dikenakan tarif 30%. Artinya ada kemungkinan bahwa dengan produk Tiongkok yang tidak bisa masuk ke Amerika, artinya akan bisa membanjiri produk-produk Tiongkok masuk ke Indonesia dengan lebih mudah,” kata Josua, melalui keterangannya, Jumat (8/8).

Meski demikian, Josua menyebut pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan terus terakselerasi dan berlangsung secara eksponensial hingga 2030. "Kami tetap melihat bahwa kontribusi dari ekonomi digital ini akan melampaui 5% terhadap GDP mendekati ataupun menuju 2030,” katanya.

Sementara itu, Toto Prasetio, memaparkan tiga solusi dalam menghadapi disrupsi di dunia perbankan. Pertama, perlunya modernisasi untuk kesiapan sistem digitalisasi dalam rangka mendukung hyper-personalization. Kedua, menyangkut pengembangan sumber daya manusia (people), dan ketiga, penguatan keamanan siber (cyber security).

“Jadi itu yang harus dipersiapkan agar kita bisa set ke arah situ. Mulai dari teknologi, security, personalisasi hingga people menjadi elemen yang penting,” jelasnya.

Sesi diskusi panel berikutnya mengangkat tema Forging the Future: Digital Transformation & Bullion Banking in the Indonesian Financial Landscape. Dalam sesi ini, Head of Sharia Consumer Banking CIMB Niaga, Bung Aldilla memaparkan tiga fokus utama perusahaan dalam meningkatkan layanan consumer banking.

Pertama, penguatan platform digital untuk menjaga layanan end-to-end tanpa mengabaikan kemudahan (seamless) guna memberikan pengalaman menarik bagi nasabah.

“Jadi dari umur anak-anak yang masih muda hingga mungkin sudah pensiun bisa menggunakan platform digital kita,” katanya.

Kedua, kolaborasi dengan ekosistem Islam seperti sekolah Islam, komunitas hijrah, hingga rumah sakit, dinilai penting untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas.

Ketiga, peningkatan literasi. Ia menyebut tingkat literasi keuangan syariah tahun 2025 telah mencapai 44%-46%, namun tingkat inklusinya masih tertinggal.

Di sesi yang sama, Head of Bullion Business Pegadaian, Kadek Eva Suputra, memaparkan strategi membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan gadai, tabungan, dan bank emas (bullion bank). Kadek menjelaskan, terdapat empat kunci utama yang diterapkan oleh Pegadaian. Salah satunya adalah transformasi produk dan layanan transaksi emas yang dimulai sejak 2018.

“Karena kita lihat emas ini sangat mudah diterima. Apalagi kenaikan harga emas kan kalau kita lihat tahun lalu, kurang lebih 32% kenaikannya. Kalau kita in average selama data 20 tahun, rata-rata 12,3% annual growth-nya,” kata Kadek.

Poin kedua adalah peluncuran berbagai platform teknologi untuk mengembangkan layanan emas digital, yang sebelumnya hanya tersedia secara konvensional.

“Kemudian yang ketiga tentu adalah operation, ini harus didukung, transformasi dan yang tidak kalah penting yang keempat adalah sebenarnya dari sisi culture-nya. Di sini ada organisasi sama mindset untuk culture, itu juga akan sangat mendukung transformasi. Nah, itulah kenapa emas dan harus didukung ke transformasi,” imbuhnya. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya