Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
FORUM Young on Top 2025 menjadi panggung bagi empat tokoh lintas sektor untuk menyuarakan masa depan energi dan lingkungan Indonesia. Dalam diskusi bertema transisi energi dan pengelolaan sampah, para pembicara menekankan perubahan sistemik perlu dimulai dari kebijakan yang kuat, teknologi yang tepat, hingga kesadaran dan aksi individu.
Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN) Arief Kurnia Risdianto menjelaskan, PGN sebagai subholding dari Pertamina memiliki peran krusial dalam sistem energi nasional. PGN bertanggung jawab dalam transmisi dan distribusi gas bumi ke berbagai sektor seperti pembangkit listrik, industri, komersial, hingga rumah tangga.
"PGN berupaya untuk selalu memenuhi semua persyaratan dan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian ESDM," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (20/7).
Arief yang termasuk dalam jajaran direktur termuda di Pertamina juga membagikan perjalanan kariernya yang penuh ketekunan. Ia mengajak generasi muda untuk tidak tergesa-gesa, karena proses panjang justru membentuk ketahanan dan kualitas kepemimpinan.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri ESDM Satya Hangga Yudha Widya Putra menegaskan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah mengakselerasi transisi dari bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan (EBT) dan gas bumi. Transisi ini menjadi prioritas demi ketahanan energi nasional.
"Agenda utama Kementerian ESDM adalah memastikan ketersediaan energi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari listrik hingga bahan bakar kendaraan," jelas Satya.
Ia juga memaparkan struktur internal kementerian dan menjelaskan bahwa tugas utama kementerian mencakup regulasi, pengawasan, serta evaluasi kebijakan energi. Dalam konteks pribadi, Satya membagikan prinsip hidupnya bahwa kesuksesan dibangun dari langkah kecil yang konsisten.
Ia menyarankan agar siapa pun mengenali passion-nya dan tetap optimistis, karena perubahan bisa dimulai dari siapa saja, tak harus dari posisi puncak.
CEO Waste4Change dan pendiri Greeneration Indonesia Bijaksana Juerasono membawa perspektif lingkungan dalam diskusi tersebut. Ia menyoroti masalah kronis pengelolaan sampah di Indonesia dan menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) tentang waste to energy. Kebijakan ini diharapkan rampung pada akhir 2025.
"Negara-negara maju telah melihatnya sebagai sumber daya dan bagian dari bauran energi alternatif. Dua hal penting agar kebijakan ini berhasil adalah model bisnis yang tepat dan penegakan hukum yang konsisten," kata dia.
Publik figur sekaligus pendiri Seasoldier Nadine Chandrawinata melengkapi diskusi dengan pendekatan yang lebih membumi. Ia menyampaikan, tema lingkungan memang berat, namun bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang menyenangkan. Menurutnya, sebagian besar sampah di laut berasal dari rumah tangga, sehingga solusi harus dimulai dari darat.
"Meskipun sampah berakhir di laut, solusinya harus dimulai di daratan," pungkasnya. (Mir/E-1)
Defisit pasokan gas terutama di Sumatra bagian selatan hingga Jawa Barat sudah terjadi sejak tahun ini, yakni sebesar 177 juta kaki kubik standar per hari (MMscfd).
Selain proyek pipanisasi, PGN juga menargetkan 200.000 sambungan rumah tangga untuk jaringan gas (jargas) tahun ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved