Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
UPAYA bersama demi mempromosikan kawasan Asia Tenggara sebagai destinasi investasi diyakini bisa menjadi langkah untuk menahan guncangan perekonomian global. Kekuatan ekonomi ASEAN juga harus bisa menahan gempuran ekspansi produsen dari negara maju yang sekadar ingin menjadikan kawasan itu sebagai sebuah pasar yang besar.
Hal itu menjadi pokok bahasan dalam pertemuan para menteri keuangan negara-negara ASEAN dengan investor regional dan global, ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), di Jakarta, kemarin.
"AFMIS tahun ini mengangkat tema ASEAN dinamis, berdaya tahan dan pertumbuhan inklusif. Salah satu tujuan sebuah komunitas terpadu ialah dapat bertahan dalam ketidakseimbangan dan ketidakpastian global," ujar Wakil Menteri Keuangan Indonesia, Mardiasmo.
Pertemuan tahunan yang dilaksanakan sejak 2004 itu juga bakal membahas strategi bersama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan. "Saya baru saja kembali dari pertemuan menteri keuangan APEC di Peru yang fokus pada perdagangan global dan tentangan beberapa tahun ke depan. Perdagangan global masih terkendala karena permintaan yang lemah dan harga komoditas yang rendah," terangnya.
Selain itu, potensi prospek global yang lebih mengarah kebijakan proteksionis dan reformasi yang terhenti juga akan dibahas.
"Tantangan terbaru ialah tekanan terhadap sektor keuangan dan pasar obligasi pascapemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS). Namun, kita yakin ASEAN bisa melaluinya dengan baik.
"Sejauh ini integrasi ekonomi regional memainkan peran penting dalam meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Kawasan itu menjelma menjadi kekuatan ekonomi ke tujuh terbesar di dunia dan ekonomi ketiga terbesar di Asia, dengan produk domestik bruto (PDB) gabungan lebih dari US$ 2,43 triliun pada 2015.
Dalam bidang perdagangan, ASEAN merupakan salah satu kawasan ekonomi terbuka terbesar di dunia dengan nilai sebesar US$ 2,28 triliun di 2015. Sementara itu, investasi luar negeri langsung (FDI) tumbuh hingga US$120 miliar pada 2015, atau 11% dari total global.
Perkuat ekonomi domestik
Mardiasmo mengungkapkan yang terpenting saat ini ialah memperkuat investasi regional dan menyediakan iklim usaha yang baik serta menjadikan ASEAN sebagai tujuan investasi global.
"Kita harus membuat kolaborasi antara kebijakan fiskal dan moneter untuk menjadikan semuanya terkontrol serta mewaspadai pergerakan bisnis dan membangun infrastruktur yang mendorong investor untuk berinvestasi," terangnya.
Senior Minister of State for Finance and Law Singapura, Indranee Rajah, memandang gejolak ekonomi global saat ini masih terlalu dini untuk disimpulkan.
"Untuk sementara waktu, kita berharap pertumbuhan bisa menahan dampak krisis. Setiap negara ASEAN harus memperkuat ekonomi mereka dan memastikan populasi negaranya kompetitif dan memiliki skill yang baik sehingga bisa produktif," jelas Indranee.(E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved