Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MEMBAIKNYA harga komoditas batu bara, minyak sawit mentah (CPO), dan karet telah mendongkrak capaian ekspor Indonesia selama Oktober.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pada Oktober 2016 mencapai US$12,68 miliar atau naik 4,6% dari Oktober tahun lalu, US$12,12 miliar. Kenaikan ekspor tersebut lebih banyak disumbang lonjakan ekspor nonmigas sebesar 8,4% dari tahun lalu menjadi US$11,65 miliar.
Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, naiknya kinerja ekspor Indonesia tersebut sudah mulai terlihat sejak Agustus. Selama Agustus-Oktober, nilai ekspor Indonesia tercatat lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu.
"Ini tentu menggembirakan. Lonjakan ekspor nonmigas terjadi karena harga beberapa komoditas utama Indonesia, seperti batu bara, karet, dan CPO meningkat dalam beberapa bulan terakhir," kata Suhariyanto di kantornya, kemarin.
Akan tetapi, lanjut Suhariyanto, secara kumulatif, pada Januari-Oktober 2016, total nilai ekspor mencapai US$117,09 miliar atau turun 8,04% dari periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas tercatat mencapai US$106,37 miliar atau turun 4,65% dari Januari-Oktober tahun lalu. "Ekspor manufaktur turun 2,59%, pertanian turun 13,81%, tambang dan lainnya turun 14,3%. Semoga penurunannya tidak curam hingga akhir tahun karena memengaruhi pertumbuhan ekonomi," ujar Suhariyanto.
Mitigasi risiko
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, dalam dua bulan terakhir, ekspor diprediksi akan stabil. "Kalau bisa di atas US$12 miliar setiap bulan hingga Desember, saya pikir total ekspor hingga akhir tahun bisa tembus US$140 miliar.
"Sasmito optimistis AS tidak akan menurunkan impor dari Indonesia karena ada kebutuhan dagang antarnegara. "Trump juga businessman. Jadi, kepentingan bisnis atau dagang antarnegara juga pasti diperhatikan. Ekspor terbesar Indonesia ke AS antara lain alas kaki, karet, peralatan rumah tangga, dan produk industri mekanik. Ekspor nonmigas ke AS Januari-Oktober 2016 mencapai US$12,89 miliar.
"Pelemahan rupiah yang diprediksi ikut menurunkan kinerja ekspor, menurut Sasmito, hanya bersifat sementara. "Tidak lama. Jika sudah tenang, rupiah akan rebound.
"Data BPS menyebut, pada pekan kedua November 2016 terhadap pekan terakhir Oktober 2016, rupiah terdepresiasi 0,65% terhadap dolar AS atau turun 84,74 poin menjadi 13.078 per dolar AS.
Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menyatakan fundamen ekonomi Indonesia masih baik. Untuk memitigasi risiko yang ditimbulkan dalam beberapa waktu ke depan, Muliaman mengungkapkan pihaknya tidak akan mengeluarkan kebijakan apa pun dalam waktu dekat.
"Saya pesankan kepada industri, kita semua sepakat investor dalam posisi positif terhadap Indonesia. Jadi, istilahnya, perkembangan terakhir itu tidak mengganggu fundamen keuangan," tandas Muliaman. (Dro/X-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved