Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Menjembatani Operasional E-commerce lewat Logistik

Dero Iqbal Mahendra
14/11/2016 02:15
Menjembatani Operasional E-commerce lewat Logistik
(MI/ DERO)

MEMILIKI karier dan posisi yang bagus tentunya menjadi impian bagi setiap pekerja.

Tidak mengherankan jika sudah meraih hal itu, mereka cenderung tidak mau lepas dari zona nyaman tersebut.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Country Head of Ninja Xpress, Indra Wiralaksmana.

Pria ini justru selalu mencari tantangan baru untuk mengembangkan karier pekerjaannya.

Indra mulai merintis karier sejak diterima pada program pertukaran pelajar AFS (American Field Services) saat kelas tiga SMA.

Dari program yang awalnya hanya berjalan satu tahun, dia menjadi keterusan dan memilih mengambil kuliah jurusan keuangan dan akuntansi di Boston.

Seusai lulus, dia pun diterima bekerja di sebuah akuntan publik sebagai auditor.

Seusai 3,5 tahun bekerja di sana, Indra mulai mendapat kedudukan yang lumayan.

Namun, pengabdiannya di kantor itu berakhir setelah dia pulang ke Tanah Air pada 2009.

Awalnya dia hanya ingin menjenguk kedua orangtuanya.

Namun, dari pertemuan itu, dia malah ingin bekerja di Indonesia.

"Sebetulnya saya sudah mapan di AS. Tapi saya ingin dekat orangtua. Saya memulai lagi semuanya di Indonesia dari nol," ujarnya kepada Media Indonesia," di Jakarta beberapa bulan lalu.

Kendati punya pengalaman sebagai editor, dia tidak lagi bisa bekerja di bidang itu.

Pasalnya standar dan sistem di sini jauh berbeda.

Dengan mengikuti saran ayahnya, dia diterima bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahaan informasi teknologi (IT).

"Saya ditempatkan di bagian konsultan manajemen. Di sana saya belajar membantu perusahaan-perusahaan untuk mengidentifikasi sektor apa saja yang bisa ditingkatkan dan bagaimana cara meningkatkannya," terang Indra.

Meski begitu, dirinya mengaku belum puas dengan pekerjaannya sebab apa yang dirinya lakukan hanya memberikan saran dan masukan bagi kliennya dan dirinya tidak ikut terlibat dalam upaya meningkatkan kinerja dari perusahaan.

Namun, hal tersebut berubah ketika dirinya bergabung dengan Northstar Pacific.

Operasional

Dalam perjalanannya Indra kemudian dikontak perusahaan private equity di Indonesia,

Northstar Pacific yang dulu pernah dilamarnya.

Perusahaan tersebut sedang membangun jaringan SDM yang bisa ditempatkan ketika mereka berinvestasi di suatu perusahaan.

"Setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan Northstar di perusahaan yang mereka investasikan. Di sana saya jatuh cinta dengan yang namanya operation," ungkap Indra.

Oleh Northstar, Indra dimasukkan ke perusahaan kontraktor pertambangan batu bara Bukit Makmur (Buma), yang saat itu memiliki lebih dari 10 ribu karyawan di berbagai lokasi tambang khususnya di Kalimantan.

Di sana dirinya banyak belajar mengenai Indonesia dengan budayanya yang kompleks.

Di perusahaan baru tersebut dirinya berkesempatan untuk belajar menerapkan cara berpikir Barat, tetapi diterapkan di kondisi yang sangat Indonesia.

Dirinya belajar bukan hanya mengenai apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan atau memformulasikan langkahnya, tetapi juga berkesempatan untuk melakukan improvisasi itu sendiri bersama mereka.

Hal tersebut yang membuatnya bahagia.

Dirinya berkarier di perusahaan tersebut selama 3,5 tahun dengan memulai kariernya dari bawah, di corporate finance.

Dirinya kemudian meminta ditempatkan di bagian operator dan ditempatkan sebagai operation manager.

Dalam periode 2,5 tahun tersebut dirinya telah mampu menjadi general manager project management hingga terakhir general manager business development.

Setelah menikah pada 2012, dirinya mengambil cuti selama setahun untuk menemani istri yang sedang hamil.

Dalam kurun waktu tersebut, dirinya telah mencoba melakukan berbagai hal baik sebagai konsultan, menggarap proyek pengeboran minyak di Jawa Tengah, hingga mengembangkan beberapa ide usaha dengan beberapa teman.

Raja COD

Hingga pada akhirnya di 2014 dirinya berpindah unit ke perusahaan telekomunikasi.

Dalam periode tersebutlah dirinya memahami bahwa hal besar berikutnya yang akan ada di Indonesia ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi.

Hal tersebut kemudian mendorongnya untuk menggali berbagai hal terkait dengan teknologi yang berpotensi besar di Indonesia.

"Kalau bicara peluang, yang paling banyak berkembang ialah e-commerce. Mereka banyak mempekerjakan dan saya juga sempat ikut terlibat di dalamnya. Dari sana kemudian saya melanjutkan ke logistik," terang Indra.

Ketika kembali ke Indonesia, dirinya mengaku sama sekali tidak tertarik berbelanja daring (online) seperti layaknya ketika dirinya di Amerika.

Bahkan ironisnya dirinya mengaku masih berbelanja daring dengan memesan dari Amazon di Amerika atau Eropa dan bukan di Indonesia.

Menurutnya berbelanja daring di Indonesia ketika itu dipandang masih banyak ketidakpastiannya dan hal tersebut dirasakan betul oleh dirinya.

Baik itu terkait sistem pembayaran maupun pengiriman barangnya.

"Kalau transfer uangnya, begitu ditransfer bukan di tangan kita lagi, sudah menjadi di tangan penjual yang membuat pembeli lebih waswas lagi. Hal yang ketiga tentunya ada kekhawatiran apakah kurirnya benar atau tidak mengantarkan barangnya. Jadi, ada banyak elemen ketidakpastian di sana," ujar Indra.

Menurutnya, tantangan bagi e-commerce bukan apakah mereka bisa menawarkan produk yang diinginkan atau menawarkannya dengan harga yang kompetitif.

Tantangan terbesarnya di Indonesia ialah bagaimana memenangi kepercayaan dari si pembeli.

Dari latar belakang itu, dia melihat logistik itu ialah salah satu aspek penting, terutama karena Indonesia ialah negara kepulauan sehingga logistik menjadi salah satu tantangan.

Hal itu yang dirinya pahami ketika menjalankan bisnis ini, bahwa bagi para pemain e-commerce yang besar, ujung-ujungnya mereka sangat bergantung kepada logistiknya.

"Logistik ini satu-satunya titik sentuh fisik yang menjembatani antara e-commerce dengan si pembeli. Artinya di saat semua dilakukan serbainternet, si pembeli hanya melihat via web sehingga tidak melihat dan menyentuh barangnya secara fisik," terang Indra.

Kemudian dirinya bergabung dengan Ninja Express pada akhir 2015.

Uniknya Ninja Express merupakan salah satu perusahaan yang sempat di-bid Northstar, tetapi tidak terlaksana.

Ninja Express ialah perusahaan yang dibangun untuk melayani e-commerce sehingga, menurutnya, merupakan suatu perusahaan yang menarik karena terdapat sisi lapangannya, sisi teknologinya, dan juga sisi manajemennya.

Ninja Express ini ialah sebuah perusahaan yang didirikan di Singapura dengan nama Ninja Van pada awal 2014 dan pada awal 2015 mereka masuk ke Malaysia.

Pendiri Ninja ialah orang-orang yang tidak memiliki pengalaman logistik dan mendirikan usaha di usia 20 tahunan.

Sistem itu dibuat dari nol, tetapi hanya dalam waktu yang singkat sudah bisa mendominasi pasar di Singapura.

"Saya merasa bahwa ini adalah suatu lingkungan yang akan menantang saya hingga batas saya dan itu terbukti hingga sekarang," terang Indra.

Indra mengungkapkan bahwa di Ninja pihaknya mengedepankan keamanan sistemnya dan barang sampai dengan utuh serta tepat waktu.

Dirinya juga melihat adanya keunikan pengiriman logistik di e-commerce di Indonesia saat ini yang lebih mengandalkan cash on delivery (COD).

Menurutnya, hal tersebut terjadi karena banyak alasan, misalnya belum adanya rasa kepercayaan.

Juga belum semua orang yang berbelanja daring mau membayar secara daring karena rasa ketidakpercayaannya.

Kedua ialah belum semua orang memiliki kartu kredit atau debit atau bahkan rekening bank sekalipun untuk bertransaksi.

"Hal ini membuat metode COD yang paling besar di Indonesia. Konsep COD ini baru ada semenjak era perdagangan online sebab sebelum itu perusahaan logistik tidak mengenal adanya COD," papar Indra. (Dro/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya