Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Harga Minyak Mentah RI Anjlok, Ternyata Ini Penyebabnya

Insi Nantika Jelita
13/3/2025 12:53
Harga Minyak Mentah RI Anjlok, Ternyata Ini Penyebabnya
Ilustrasi(Antara)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) Februari 2025 sebesar US$74,29 per barel. Angka ini anjlok US$2,52 per barel dari ketetapan ICP Januari 2025 sebesar US$76,81 per barel. 

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) ESDM Chrisnawan Anditya menjelaskan, penyebab utama penurunan harga ICP dipengaruhi harga minyak mentah di pasar internasional. Ini didorong kekhawatiran pasar atas potensi penurunan permintaan minyak dunia akibat penetapan tarif Amerika Serikat (AS) untuk Kanada dan Meksiko. 

"Penetapan tarif AS untuk Kanada dan Meksiko direncanakan akan segera diberlakukan. Ini yang membuat kekhawatiran pasar," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (13/3).

Chrisnawan juga menyampaikan, pasca penetapan tarif oleh AS, Tiongkok menetapkan kebijakan tarif balasan untuk AS yang berlaku pada 10 Februari 2025 atas minyak mentah, kendaraan, dan mesin pertanian sebesar 10%, serta batu bara dan gas alam cair atau LNG sebesar 15%.

Faktor lainnya, International Energy Agency (IEA) dalam publikasi Februari menyampaikan suplai negara non Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) mengalami peningkatan produksi hingga 200 ribu barel perhari, menjadi 14,31 juta barel.

Sementara, untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi kekhawatiran pasar atas kondisi perekonomian Tiongkok pascapublikasi Caixin Purchasing Manager Index Tiongkok sebesar 51 yang lebih rendah dari ekspektasi pasar. 

Selain itu, Chrisnawan menerangkan penurunan harga minyak mentah global juga didorong oleh meredanya risiko geopolitik akan adanya potensi berakhirnya perang antara Rusia dan Ukraina. Serta, adanya indikasi potensi pengurangan sanksi terhadap Rusia, memicu kekhawatiran terjadinya oversupply atau kelebihan pasokan. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya