IKLIM daerah tropis seperti Indonesia kerap memiliki hawa relatif panas. Hembusan angin akan lebih terasa bila dibantu dengan kipas. Selain memiliki fungsi, beriringan dengan tren fesyen, kipas pun bukan sekadar aksesori, melainkan penegas dari sebuah fesyen (fashion statement). Namun, tidak semua kipas mampu menembus golongan ini. Kipas yang dapat menembus golongan itu, salah satunya, Kupu Kipas yang telah menyambangi pasar sejak 2007. Produk Kupu Kipas memiliki ciri khas, yakni rangkanya seluruhnya terbuat dari kayu dan dikombinasikan dengan kain etnik.
Selain itu, perak pun digunakan pada beberapa bilah rangka. Identitas lainnya ialah bandul kipas. Ukuran kipas produksi merek ini memiliki panjang jari-jari 20 cm, 23 cm, 27 cm, dan 30 cm. "Kipas menjadi aksesori yang paling sesuai untuk melengkapi fesyen etnik. Apalagi saat ini fesyen etnik sedang digandrungi berbagai kalangan. Untuk itu, saya harus membuat kipas yang memang memiliki ciri khas. Setiap kipas memang memiliki bandul, tapi saya buat sendiri bandulnya agar berbeda. Biasanya kalau sedang fashion show bandulnya dipesan panjang-panjang," tutur Niken Erawulan, 45, pemilik Kupu Kipas, saat ditemui Media Indonesia di kediamannya, bilangan Cawang, Jakarta, Kamis (17/9). Selain itu, Kupu Kipas membuat identitasnya dengan modifikasi ukir dan perak pada setiap rangka kayunya.
Pelengkap busana etnik Kupu Kipas lahir dari pencarian Niken untuk melengkapi busana etnik yang kerap ia pakai dalam berkegiatan. Setelah menemukan kipas, hasrat berbisnisnya muncul. Ia pun mengembangkan model yang sudah ada dengan berbagai bahan etnik, misalnya saja kain batik, songket, tenun, hingga brokat dan paduan lukisan tangan dikombinasikan sedemikian rupa. Bentuk batang kipas pun dirancang khusus agar menembus selera para penggemar fesyen yang berkelas.
"Teman saya membantu mencarikan perajin kipas yang bagus. Waktu itu sampai ke Yogyakarta, Jepara, dan akhirnya menemukannya di Bali. Hingga saat ini saya masih bekerja sama dengan perajin di sana," kisah Niken. Sejak saat itu Niken mulai berani memproduksi kipas yang ia beri merek Kupu Kipas. Ia berharap kelak bisnisnya bisa terbang mendunia seperti kupu-kupu. Pernyataan tersebut menjadi motivasi lantaran ia sama sekali tidak ahli di bidang pembuatan rangka kipas.
Keuletan untuk mencari perajin dan menjaga hubungan baik dengan mereka ialah modal utama Niken selain desain yang ia buat sendiri. Dengan bantuan empat karyawan di rumah produksi yang tempatnya satu atap dengan rumah tinggalnya, setiap hari Niken dapat menghasilkan hingga tujuh kipas dengan berbagai ukuran. Karyawannya bertugas membuat pola sesuai dengan desain yang telah dibuatnya. Kecintaan Niken pada fesyen tertuang dalam setiap produknya.
Sejak awal berdirinya Kupu Kipas, Niken bersungguh-sungguh agar barang ciptaannya tidak hanya memiliki fungsi kipas, tetapi bisa menjadi pusat perhatian ketika dikenakan wanita. Apalagi sejak memulai bisnis ini, lanjut Niken, tren fesyen etnik kian berkembang. Hal itu membawa angin segar bagi rumah produksi Kupu Kipas. "Saat itu saya sulit sekali mencari kipas yang bagus dan sesuai dengan fesyen etnik, akhirnya saya terpikir untuk membuatnya sendiri, tren fesyen saya tertuang dalam kipas ini," tambah Niken.
Ikuti tren Niken terus memperbarui desainnya dari segi warna, komposisi, motif, dan padanannya yang sedang menjadi tren di majalah dan televisi. Setiap tahun ia mengaku angka penjualannya selalu meningkat. Kecuali di semester kedua tahun ini, penjualannya menjadi lesu. Ia pun tidak mengerti dengan pasti penyebabnya. Walaupun belum melakukan ekspor secara khusus, produk Kupu Kipas sudah dipesan Brunei, Singapura, Malaysia, Australia, dan Amerika secara ritel dari website yang dimilikinya sejak 2008.
"Brunei mengirimkan bahan etniknya sendiri dan kami yang mengerjakannya di sini. Mereka juga ingin mengangkat kain etniknya," kata Niken. Penjualan di lini online memang hanya menyumbang sebagian kecil saja, tetapi hal itu menjadi alat pemasaran dan promosi yang cukup efektif. "Model kami selalu berubah, ini yang membuat penjualan online agak rumit karena harus di-update fotonya," ujarnya.
Dengan kisaran harga jual Rp85 ribu-Rp2,5 juta untuk yang ditambah material silver pada bilah rangka kayu, Niken mendapatkan keuntungan 20%-40% dari biaya produksi, tergantung segmen pembelinya. Niken yang dulu berprofesi sebagai karyawan swasta di bidang IT dan marketing akhirnya rela menanggalkan pekerjaannya demi peluang bisnis ini. Apalagi ia juga didukung penuh suaminya.