Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Kulit Ikan Punya Potensi Ekonomi Tinggi

Fario Untung Tanu
19/9/2015 00:00
Kulit Ikan Punya Potensi Ekonomi Tinggi
(MI/Fario Untung Tanu )
DARI kejauhan, benda-benda berwarna-warni terlihat jelas berjejer rapi di atas sebuah meja panjang. Benda yang merupakan kerajinan tangan seperti sepatu, sandal, dompet, tas, dan pernak-pernik lain yang berwarna merah, hijau, biru, dan lainnya itu begitu membuat penasaran. Berbagai macam barang kerajinan tangan itu bukanlah terbuat dari bahan kulit pada umumnya seperti yang banyak dijual di tempat perbelanjaan. Bahan dasar barang-barang itu berasal dari kulit ikan. Produk-produk kulit ikan tersebut merupakan kreasi dari Nurul Haq.

Pria kelahiran 50 tahun silam itu mengaku sudah jatuh cinta pada kulit ikan sejak puluhan tahun lalu. Menurut salah satu peneliti di Kementerian Kelautan dan Perikanan itu, kulit ikan memiliki potensi luar biasa, tetapi belum banyak diketahui, dikelola, dan dimaksimalkan banyak kalangan. "Pada prinsipnya, penggunaan dan manfaat dari kulit ikan itu sama seperti kulit hewan pada umumnya yang sudah sering dijadikan barang konsumsi. Seperti halnya orang membuat kue, hanya bahan dan resepnya saja yang berbeda, tetapi cara membuatnya sama," ujar Nurul ketika ditemui di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Selasa (25/9).

Ketika melirik potensi yang besar itu, Nurul mengakui saat ini pengelolaan berkelanjutan di sektor kulit ikan masih sangat minim. Padahal, hasil yang didapat jika bisa memaksimalkan kulit berbagai jenis ikan bisa menjadikan potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. "Sayang, padahal kalau orang-orang bisa memanfaatkan dan menjadikan nilai tambah, kulit ikan itu bisa menghasilkan uang yang cukup besar. Terlebih, kulit ikan masih mudah didapat karena banyak sekarang buyer yang lebih memilih membeli ikan filet (tanpa tulang)," jelas Nurul.

Kerajinan tangan
Kecintaan Nurul pada kulit ikan dibuktikannya dengan menghasilkan sesuatu yang bisa menjadi nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat banyak. Dengan berbagai penelitiannya, Nurul akhirnya berhasil menyulap kulit ikan yang banyak ditemui di tempat sampah menjadi berbagai macam kerajinan tangan nan cantik. "Saya bersyukur bisa memanfaatkan kulit ikan seperti ini karena masih banyak orang yang belum tahu manfaat kulit ikan dan lebih memilih untuk membuangnya ke sampah. Akan tetapi, tidak untuk saya. Itu semua bisa diubah menjadi tas, dompet, sepatu, sandal, dan pernak-pernik lain," ujarnya.

Berbagai perlengkapan wanita yang berasal dari kulit ikan itu merupakan hasil dari berbagai jenis ikan yang sudah diteliti Nurul. Jenis-jenis ikan yang kulitnya memiliki kekuatan ialah jenis ikan pari, kakap, kerapu, dan nila. "Mungkin yang baru saya gunakan dan berhasil adalah empat jenis ikan itu. Alhamdulillah sampai saat ini kulit empat ikan tersebut bisa saya sulap menjadi berbagai macam perlengkapan yang dipakai wanita," sambung Nurul.

Menurut Nurul, secara kasatmata kulit ikan terlihat tidak sekuat kulit lainnya yang biasa digunakan untuk kerajinan seperti domba, ular, sapi, dan hewan darat lainnya. Namun, ia menepisnya. Dengan menggunakan teknik yang tepat, kulit ikan bisa diolah sehingga menghasilkan kekuatan yang sama dengan kulit hewan yang sudah banyak digunakan pada umumnya. "Kekuatan kulit ikan itu tidak kalah dengan kulit hewan lain karena itu sudah saya buktikan dengan membuat berbagai macam barang seperti tas, sepatu, sandal, dan semua barang itu juga sudah digunakan masyarakat banyak," tegas dia.

Kerja sama
Nurul tidaklah sendiri dalam mengelola dan menyulap kulit ikan. Beberapa mitra kerja dari sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Barat sudah bekerja sama dengannya sejak 2010 lalu. "Ada beberapa UMKM yang bekerja sama dengan saya, di antaranya sudah memiliki brand dan mitra kerja rumahan serta memiliki kualitas jahitan yang rapi dan bagus," ungkap Nurul.

Untuk prosesnya, Nurul menjelaskan semua bahan baku berupa kulit ikan yang didapat mitra kerja merupakan kiriman darinya. Setelah itu, Nurul akan terlebih dahulu mempraktikkan cara mengelola dan membuat kulit tersebut agar bisa menjadi sebuah kerajinan tangan. "Awalnya saya yang dampingi. Setelah mereka bisa dan merasa cocok untuk bisa diperjualbelikan, baru mereka akan membuat kesepakatan sistem bagi hasil atau sistem lainnya," jelasnya.

Ia mengakui memang peminat kerajinan tangan dan perlengkapan wanita dari kulit ikan belum sebesar kulit hewan lainnya yang sudah terkenal. Namun, potensi peningkatan tersebut sudah dirasakan Nurul dan sektor mitra kerja. "Selama ini bagus. Ada beberapa mitra kerja saya yang setiap bulan pesan kulit dari saya. Karena mungkin pelanggannya sudah banyak dan harga yang dijual masih sangat terjangkau sekitar Rp300 ribu-Rp400 ribu," paparnya.

Nurul menjelaskan pengelolaan kulit ikan tidaklah sulit. Kulit ikan pari, misalnya, terlebih dahulu harus direndam sekitar 10 hari untuk menghilangkan bau. Setelah direndam, kulit tersebut baru dikeringkan sekitar dua hari. "Pertama direndam, lalu dikeringkan supaya kulit menjadi lebih kuat untuk diolah. Setelah itu, kulit ikan dirapikan dan dibentuk sesuai permintaan seperti tas, dompet, sepatu atau sandal, dan kerajinan tangan lainnya. Untuk satu sepatu, biasanya menggunakan kulit empat ekor ikan yang beratnya sekitar 3 kilogram," pungkas Nurul.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya