Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

KOTAKU, Program Kementerian PUPR untuk Kawasan Kumuh Perkotaan

RO
23/10/2016 11:45
KOTAKU, Program Kementerian PUPR untuk Kawasan Kumuh Perkotaan
(Dok. Kemen PUPR)

SIAPA sangka pusat kuliner itu dulunya merupakan salah satu kawasan kumuh? Di pinggiran Kota Surabaya, kampung nelayan itu telah berubah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berhasil menyentuhnya dan menjadikannya salah satu destinasi wisata kuliner untuk wilayah di sekitar Kenjeran.

Bukan rahasia lagi bahwa arus urbanisasi telah merasuk hampir di seluruh kawasan perkotaan di Indonesia. Kota semakin penuh dengan para urban dengan tujuan masing-masing. Penduduk desa semakin merangsek masuk ke wilayah perkotaan, meninggalkan desa untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Bahkan 53 persen penduduk tinggal pada kawasan perkotaan. Penumpukan penduduk itulah yang saat ini menjadi masalah tersendiri.

Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah tidak layak huni belum seluruhnya didukung oleh prasarana, sarana lingkungan, dan utilitas umum yang memadai, sehingga memicu meluasnya permukiman kumuh. Untuk itu diperlukan suatu program yang dapat mengatasi masalah permukiman kumuh tersebut. Sebab hasil identifikasi kawasan kumuh pada 2014 mencapai 38.431 hektar di 4.108 kawasan.

"Total ada 38.000 hektar kota-kota di Indonesia ini, yang punya kawasan-kawasan kumuh di dalamnya," ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Program KOTAKU merupakan upaya strategis Kementerian PUPR dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dan memperkuat peran pemerintah daerah dalam percepatan penanganan kawasan kumuh dan mendukung gerakan 100-0-100 di perkotaan pada 2016-2020.

Seperti diberitakan bahwa Gerakan 100-0-100 menargetkan penyediaan 100 persen akses aman air minum, nol persen kawasan permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan.

"Kami Kementerian PUPR ditugasi untuk memperkecil, meminimalkan, atau bahkan kalau program, nama gerakannya adalah menghilangkan kekumuhan di kota itu pada 2019. Programnya adalah peningkatan kawasan kota kumuh itu, baik untuk perbaikan sanitasinya, perbaikan rumah tidak layak huni di situ, kemudian penyediaan air bersih. Semuanya dikeroyok oleh program-program di Kementerian PUPR," ujarnya.

Hasilnya, beberapa kawasan telah berubah muka. Seperti contoh di atas, Kenjeran. Dulunya, kawasan itu merupakan permukiman nelayan yang kumuh, tetapi setelah sentuhan dari program KOTAKU semuanya menjadi jauh lebih baik dan tertata.

"Semuanya dikeroyok oleh program-program di Kementerian PUPR, contohnya ada di kawasan-kawasan nelayan. Seperti di Kenjeran Surabaya, itu juga tadinya kawasan kumuh sekarang jadi pusat kuliner untuk Kenjeran. Kami bekerja sama dengan Kota Surabaya," tegasnya.

Program KOTAKU bermanfaat untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap infrastruktur dan pelayanan perkotaan pada kawasan kumuh seperti drainase, air bersih, air minum, pengelolaan persampahan, dan pengelolaan air limbah, pengamanan kebakaran, dan ruang terbuka hijau.

Program ini mempunyai target untuk menurunkan luasan kawasan kumuh karena akses infrastruktur dan pelayanan perkotaan yang lebih baik. Selain itu juga menargetkan terbentuknya Pokja PKP di tingkat kota/kabupaten untuk mendukung Program Kotaku.

Yang lebih penting program ini mempunyai niatan manfaat dalam menghadapi arus urbanisasi. Gelombang perpindahan penduduk ke kota bukan dipandang sebelah mata, melainkan sebagai peluang untuk membuktikan bahwa negara benar-benar hadir dalam kehidupan rakyat.

"Urbanisasi tidak hanya dianggap sebagai beban, tapi juga peluang untuk meningkatkan rakyatnya, melalui deregulasi, perencanaan, dan pembiayaan dalam rangka meningkatkan hidup," pungkasnya. (RO/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik