Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KONDISI ekonomi global yang belum pulih membuat pemerintah harus mencari terobosan dalam meningkatkan ekspor. Naga-naga nya negara pasar ekspor tradisional atau pasar ekspor utama masih akan mengurangi impor mereka.
Karena itu, Presiden Joko Widodo mewanti-wanti para menterinya untuk berani menerobos pasar ekspor baru agar nilai ekspor Indonesia bisa tetap meningkat.
“Keadaan ekonomi global masih belum baik sehingga kita harus berani masuk ke pasar baru dan melakukan penetrasi ke pasar yang selama ini tidak kita perhatikan,” ucap Jokowi saat pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 di Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, negara seperti India, Bangladesh, Amerika Latin, dan Afrika potensial bagi Indonesia. Ia menilai jumlah penduduk negara-negara itu cukup besar untuk menjadi peluang masuknya barang dan jasa Indonesia. “Afrika saja penduduknya 60 juta-80 juta. Iran juga kita sudah mulai membuka, kita harus segera masuk.”
Walakin, Jokowi juga mengingatkan ekspansi pasar harus dibarengi peningkatan kualitas produk. Desain menjadi kunci bagi produk supaya bernilai tambah dan atraktif di mata pembeli.
“Kita produknya banyak, tapi kemasan enggak diperhatikan. Tadi saya lihat keripik pisang mulai ada pembenahan jadi bisa masuk Mesir dan Korea. Kalau produk-produk di kampung diberi sentuhan desain, bisa menembus pasar kelas atas,” tutur Jokowi.
Elemen lain yang perlu dibenahi ialah promosi. Pembenahannya telah dimulai dengan penyatuan dana yang semula tersebar di berbagai kementerian/lembaga.
Di kesempatan sama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengamini pihaknya sudah berancang-ancang menembus pasar Iran dan pasar nontradisional lain.
Pengayaan tersebut bahkan bukan sekadar mencari pasar, melainkan juga menambah sumber untuk impor produk dan bahan baku bagi pelaku usaha di Indonesia. Ketika pasar ekspor diperluas, impor dari negara-negara tersebut pun biasanya ikut meningkat.
Dari situ, Enggar melihat akan ada pilihan berbagai sumber impor produk dan bahan baku sehingga harga yang tercipta akan efisien. “Jadi kita tidak hanya bergantung pada 1-2 sumber.”
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menambahkan ekspor ke Amerika Latin bisa dikembangkan untuk produk furnitur, kertas, dan bubur kertas. Selama ini, Indonesia baru mengekspor sepatu dan alas kaki ke sana. Sebagai timbal baliknya, Indonesia berpeluang mengimpor bahan pangan. “Mereka kuat di pangan, seperti jagung, soybean, dan daging,” ucapnya.
TEI 2016
Enggartiasto berharap transaksi dagang langsung dalam TEI 2016 meningkat dari tahun lalu atau minimal setara. Tahun lalu, TEI mencatat transaksi US$909 juta atau sekitar Rp12,27 triliun (dengan kurs Rp13.500 per dolar AS). “Kita upayakan lebih, kalau bisa mendekati US$1 miliar,” ujarnya.
Hingga kemarin siang, sudah ada komitmen transaksi Rp2,6 triliun dari 14 negara. Angka itu dinilai masih akan terus naik hingga TEI berakhir pada 16 Oktober.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut pihaknya bersama para duta besar dan atase perdagangan mendatangkan 669 perusahaan dari negara pasar nontradisional ke TEI, seperti dari Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan. “Kita coba bantu untuk menaikkan transaksi dari luar pasar tradisional.” (Pol/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved