Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Jabatan Sama, Gaji belum Sama

*/RO/E-3
11/9/2015 00:00
Jabatan Sama, Gaji belum Sama
(MI/SENO)
BUKAN hal aneh jika seorang perempuan menjadi pemimpin perusahaan global, organisasi internasional, ataupun sebuah negara.

Tingkat kompetensi perempuan di berbagai bidang kini tidak lagi tertinggal daripada laki-laki.

Namun, menurut survei terbaru, perempuan yang menjabat manajer bergaji 22% lebih rendah jika dibandikan dengan laki-laki yang mengisi jabatan yang sama.

Dengan perbandingan itu, perempuan diumpamakan 'bekerja secara cuma-cuma' selama hampir 2 jam setiap harinya.

Menurut survei lebih dari 72 ribu manajer di Inggris, perbedaan gaji antara perempuan dan laki-laki setara dengan 1 jam dan 40 menit per hari dari kerja perempuan yang tidak dibayar, atau 57 hari kerja setahun.

Survei yang dilakukan Chartered Management Institute dan analis pembayaran Xperthr, gap gaji antara manajer laki-laki dan perempuan mencapai 8.524 pound sterling, dengan gaji laki-laki sebesar 39.136 pound sterling dan perempuan 30.612 pound sterling.

Meski gap gaji antara laki-laki dan perempuan telah menurun menjadi 23% pada 2014, yang harus digarisbawahi ialah belum dijalankannya peraturan kesetaraan gaji antara laki-laki dan perempuan yang ada sejak 1970.

"Dari mereka yang baru lulus hingga menjadi pensiunan saat ini belum merasakan pelaksanaan aturan aturan mengenai kesetaraan gaji yang lahir sejak 1970. Gap gaji antara laki-laki dan perempuan masih ada hingga kini," kata Mark Crail, direktur konten di Xperthr, seperti dilansir The Guardian, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, menurut laporan terbaru Kelompok Bank Dunia, berjudul Women, Business, and the Law 2016 yang diluncurkan kemarin, kawasan Asia Timur dan Pasifik terus mencatat banyak kemajuan dalam hal inklusi ekonomi perempuan meskipun beberapa negara mengalami hambatan.

Menurut laporan yang disiapkan tiap dua tahun itu, semua negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, kecuali Taiwan dan Tiongkok, setidaknya memiliki satu aturan yang menyulitkan perempuan untuk mendapat pekerjaan atau memulai usaha.

'Brunei Darussalam dan Malaysia termasuk negara di kawasan yang paling mengekang; masing-masing menerapkan lebih dari 10 aturan yang menghambat perempuan memanfaati peluang ekonomi', tulis laporan tersebut.

Edisi terbaru dari laporan itu mencakup 173 negara di seluruh dunia. Di kawasan Asia Timur dan Pasifik, cakupan laporan bertambah sehingga menjadi 18 negara, termasuk Brunei Darussalam, Myanmar, Timor Leste, dan Tonga.

Meskipun ada perbedaan dan kemunduran, menurut laporan itu, kawasan Asia Timur dan Pasifik telah menghasilkan kemajuan besar untuk terciptanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam dua tahun terakhir.

Dalam hal manfaat bagi orangtua, Laos memperkenalkan cuti dibayar bagi seorang ayah, serta memperpanjang masa cuti melahirkan bagi ibu.

Singapura mulai memberikan cuti bagi ayah selama satu minggu.

Hanya Papua Nugini dan Tonga yang diukur laporan itu--dan dua dari hanya empat negara secara global--sebagai tidak memberikan cuti dibayar bagi ibu yang melahirkan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya