Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Paket September 1 Gairahkan Industri

Anshar Dwi Wibowo
10/9/2015 00:00
Paket September 1 Gairahkan Industri
Presiden Joko Widodo mengumumkan paket kebijakan untuk mengatasi pelemahan ekonomi global di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9).(ANTARA/Yudhi Mahatma)

EKONOMI Indonesia dianalogikan sedang sakit. Paket kebijakan stimulus ekonomi yang diumumkan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, kemarin, diharapkan menjadi obat penyembuh krisis ekonomi.

Melalui paket kebijakan tahap satu yang disebut Paket September 1 ini, Jokowi memfokuskan pada sektor riil.

"Saya ingin tekankan di sini, paket ini bertujuan untuk menggerakkan sektor riil kita yang akhirnya memberikan fondasi untuk lompatan kemajuan perekonomian kita ke depan," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.

Presiden meyakini paket kebijakan ekonomi ini akan memperkuat industri nasional, mengembangkan UMKM, memperlancar perdagangan antardaerah, dan membuat pariwisata bergairah.

Paket stimulus tahap 1 ini pun mendapat apresiasi banyak kalangan. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani optimistis kebijakan ini dapat membawa perubahan ke arah yang positif bagi perekonomian negara.

"Yang jadi perhatian lainnya adalah perlunya penguatan pasar dalam negeri dengan cara mendorong sebesar-besarnya industri di dalam negeri untuk bertumbuh dengan memperbesar substitusi impor," ujarnya saat dihubungi kemarin.

Wakil Ketua Umum Kadin, Bambang Sujagad, berharap pemerintah juga mengutamakan 35% belanja negara (government spending) berasal dari produksi dalam negeri.

"Itu saja sudah cukup untuk pergerakan ekonomi domestik. Itu dulu yang harus dilakukan pemerintah," pungkasnya.

Dari kalangan politisi, Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem Jhonny G Plate menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Jokowi-JK ini sudah tepat.

"Fraksi NasDem mendukung paket kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, tidak saja deregulasi terkait investasi yang dilakukan saat ini, tetapi juga akan ada deregulasi-deregulasi baru yang dilakukan oleh DPR," tegasnya.

Lain halnya dengan pengamat ekonomi Anggito Abimanyu yang menilai paket stimulus ini lebih tepat untuk jangka panjang dan belum cukup untuk merespons kondisi saat ini.

"Memang ini baik, tetapi belum efektif untuk saat ini. Yang harus dieksekusi untuk kondisi sekarang ini bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat dan menguatkan rupiah," jelas Anggito.

Namun, Direktur Eksekutif Mandiri Institute Destry Damayanti justru optimistis, dalam jangka pendek, paket kebijakan itu bertahap mampu meningkatkan daya beli karena sudah mengakomodasi kebutuhan saat ini.

Ajak bersatu

Presiden Jokowi juga mengaku kebijakan ini tidak akan langsung efektif tanpa ada peran banyak pihak.

"Pemerintah tidak mungkin bisa bekerja sendirian dan membutuhkan kerja sama dan dukungan. Mari bersatu bergotong royong terhadap melemahnya perekonomian global," kata Jokowi.

Menko Perekonomian Darmin Nasution pun menganalogikan paket tahap 1 ini sebagai obat penyembuh sakit (krisis).

"Dalam paket itu ada yang berfungsi sebagai obat, ada vitamin, dan suplemen. Intinya kita ingin ekonomi Indonesia sehat dan memiliki daya tahan terhadap krisis," ujarnya yang ditemui sebelum pengumuman paket kebijakan itu.

Dari sisi moneter, sejalan dengan paket kebijakan yang diumumkan pemerintah dan untuk menjaga stabilitas perekonomian, termasuk stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia juga mengeluarkan paket kebijakan yang terdiri atas 5 kebijakan.

(Arv/Jay/Ths/Kim/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya