Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
GAYA hidup anak sekarang sudah berbeda jauh dengan bocah yang besar di era sebelum 2000-an. Di saat kita remaja, pulang sekolah, biasanya kita melepas lelah di rumah sembari menonton televisi. Berbeda dengan sekarang, generasi sekarang lebih multitasking. Misalnya, sembari menonton tayangan televisi, mereka juga mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sembari mendengarkan musik dari pemutar musik digital seperti Ipod. Sebentar-sebentar mereka juga menggunakan ponsel mereka untuk berkomunikasi dengan teman-teman. Bila ada kesulitan dalam mengerjakan PR, mereka tinggal berselancar di daring (internet) untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
Generasi multitasking ini lebih popular dengan sebutan generasi milenial. Mereka yang masuk ke generasi ini ialah semua yang lahir antara 1982-2000. Generasi yang sebelumnya dikenal dengan generasi Y ini hidup dengan mengenal teknologi lebih baik ketimbang ayah dan ibu mereka.
“Generasi ini ialah generasi yang cepat menerima dan mengadopsi informasi yang lebih cepat dan akan mencapai kebosanan apabila menjalani metode pelajaran tradisional,” ujar Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja dalam acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) ke lima di Jakarta, Kamis (6/10).
Kendati memiliki pengetahuan informasi teknologi lebih baik ketimbang papa dan mama mereka, generasi ini punya kelemahan yang mencolok, yaitu cepat bosan dan serbainstan.
“Sayangnya, banyak anak muda yang tidak sabar, maunya instan. Padahal, untuk mencapai segala sesuatu, tidak bisa instan. Jangan lupa taoge itu cepat tumbuh, tetapi tidak kukuh berbeda dengan beringin yang menancapkan akarnya terlebih dahulu sehingga lebih kukuh,” terang Jahja.
Karakter serbainstan itu membuat mereka cenderung lebih mudah menyerah bila menemui hambatan. Bila tidak diarahkan secara benar, masa depan mereka bisa terancam. Pasalnya, tantangan persaingan antara generasi mereka cukup tinggi.
Musababnya, mereka dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi, terutama dari segi kualitas dan pengetahuannya guna mampu bersaing di kancah persaingan. Untuk itu, bekal pengetahuan dan jiwa kreativitas mutlak ditanamkan pada generasi milenial tersebut.
Berkaca dari itu, Jahja berpendapat, pola pendidikan yang mengedepankan kreativitas lebih cocok diterapkan pada anak-anak generasi ini. Pasalnya, ke depannya Indonesia lebih membutuhkan lapangan kerja yang berasal dari para individu yang kreatif. Karena itu, jangan lagi berharap pekerjaan yang normal seperti PNS, karyawan, atau pegawai.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengungkapkan Indonesia ke depannya harus naik kelas dan tidak boleh puas dengan kondisi saat ini. Untuk itu inovasi harus menjadi suatu hal yang utama dan para generasi muda tidak boleh takut untuk gagal, sebab semuanya merupakan bagian dari proses.
Lembong melihat bahwa ke depannya sektor e-commerce akan menjadi sektor unggulan selain sektor manufaktur. E-commerce, menurut Lembong, akan menjadi sektor yang menjanjikan di masa depan dan persaingan terbesar berada di sektor tersebut. Begitu juga untuk sektor jasa, yang menurut Lembong, sebagai sektor yang menjanjikan sebagai bagian dari depan Indonesia. Sektor jasa menjadi salah satu sektor yang pertumbuhannya jauh melampaui pertumbuhan daripada sektor lainnya. (Dero Iqbal Mahendra/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved