Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
DEMAM aplikasi layanan daring (internet) semakin menjamur di Tanah Air. Hampir semua pengguna telepon pintar di Jakarta pasti pernah memanfaatkan layanan aplikasi seperti Go-Jek, Uber, ataupun Grab.
Melihat respons masyarakat yang posistif, aplikasi layanan pun semakin bervariasi. Tidak hanya menyediakan jasa transportasi, layanan ini semakin merambah sejumlah bidang, mulai pengantaran barang hingga terapi pijat.
Demam aplikasi layanan seperti itu pun tengah melanda Tiongkok. Berbagai layanan aplikasi di 'Negeri Tirai Bambu' bahkan lebih meriah ketimbang di Indonesia. Bila ingin mencari layanan pengantar makanan, tinggal masuk ke Ele.me. Lalu ada pula aplikasi Didi Chuxing yang mirip Uber.
Bila di awal-awal layanan jasa transportasi dan pengiriman makanan lebih mendominasi, kini jasa aspek layanan gaya hidup berbalik menjadi tren terbaru di sana. Sebut saja jasa layanan koki untuk memasak, penata kecantikan, pengasuh anak, perjalanan wisata, hingga paket pernikahan kini semakin marak terdapat di layanan berbasis aplikasi daring.
Ketergantungan penduduk Tiongkok terhadap layanan berbasis aplikasi yang biasa diakses melalui internet seolah mendarah daging. Berdasarkan laporan China Internet Network Information Center diketahui, jumlah pengguna internet mencapai 688 juta per akhir Juni 2015. Itu naik drastis dari 2014 yang hanya berkisar 18,9 juta. Bahkan, 9 dari 10 pengguna ponsel dinyatakan selalu berstatus online.
"Tolok ukur kesuksesan dari industri aplikasi ialah bagaimana menyediakan efisiensi tanpa melupakan aspek kenyamanan yang disukai konsumen," ujar Chief Executive Officer Ele.me Mark Zhang, sebagaimana dikutip dalam laman Bbc.com, kemarin.
Para pegiat industri berbasis aplikasi berharap pasar 020 (online to offline) dapat meraih target 1,6 triiliun yuan di 2018 atau meningkat dua kali lipat dari capaian 2015 sekitar 879,7 miliar yuan.
Memang pertumbuhan industri layanan berbasis aplikasi tidak lepas dari menjamurnya pengguna ponsel pintar serta sistem pembayaran (mobile payments) tepercaya. Menurut Chief Excecutive Officer Ayibang, Wan Yong, sejatinya masih banyak lagi aplikasi yang harus dikembangkan untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat yang sangat beragam. Ayibang merupakan salah satu penyedia aplikasi unik di Tiongkok, yaitu menyediakan layanan pembantu rumah tangga, penjaga anak, hingga jasa pindahan.
Tingginya minat konsumen terhadap layanan berbasis aplikasi menjadi peluang bisnis potensial.
Wan Yong menilai perekonomian masyarakat Tiongkok terus bertumbuh sehingga kebutuhan pun ikut meningkat.
Untuk itu, saran dia, semestinya perusahaan harus semakin jeli membuat inovasi produk jasa layanan. Apalagi seiring masifnya pemakaian ponsel pintar di Tiongkok, gaya hidup konsumtif dipastikan menjadi tren. Ramalan itu tentunya juga berlaku bagi negara berpopulasi membeludak yang semakin melek teknologi. (Tesa Oktiana Surbakti/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved