Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PERJANJIAN perdagangan bebas regional (regional free trade agreement/regional FTA) dapat berkontribusi terhadap perdagangan global serta sistem perdagangan multilateral.
Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam paparannya pada ASEAN Business and Investment Summit 2016 di Vientiane, Laos, Senin (5/9).
Menurut Enggar, FTA regional seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), North American Free Trade Agreement (NAFTA), Pacific Alliance, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan kerja sama FTA yang sedang dalam proses perundingan seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), dan Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership (TTIP) merupakan kerja sama FTA yang saling melengkapi.
“Perjanjian-perjanjian ini dirundingkan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di WTO. Jadi dalam penerapannya, kami yakin FTA dan WTO tidak akan bertabrakan,” kata Enggartiasto dalam keterangan resminya, kemarin.
FTA regional, jelasnya, dapat membantu mengatur hal-hal yang belum dimuat dalam perjanjian WTO. Perjanjian WTO yang dibuat bertahun-tahun silam dianggap Enggar tidak bisa mengadopsi perubahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada beberapa dekade terakhir.
“Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka peluang dan tantangan baru yang belum diantisipasi 20-30 tahun lalu. Jika ini dijadikan pertimbangan lalu dimasukkan ke FTA, perdagangan regional dan global akan terfasilitasi lebih baik.”
Indonesia menargetkan perundingan RCEP selesai tahun depan. Pakta itu mencakup 10 negara ASEAN+Tiongkok, Jepang, Korea, India, Australia, dan Selandia Baru. RCEP juga mencakup pasar 3,4 miliar jiwa atau 45% penduduk dunia dengan produk domestik bruto US$22,4 triliun pada 2015. (Jes/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved