Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BANK Indonesia (BI) percaya diri bahwa inflasi sepanjang tahun ini bisa di bawah 3,5%, atau lebih rendah daripada target 4% untuk 2016. Keyakinan itu menyusul deflasi 0,02% pada Agustus, menjadikan inflasi sepanjang tahun baru 1,74%.
“Kondisi ini lebih baik dalam 5 tahun terahir. Bisa di bawah 4%, bahkan sekarang bisa di bawah 3,5%,” ucap Gubernur BI Agus Martowardojo di Gedung BI, Jakarta, kemarin.
Dengan situasi itu, ia mengamini BI memiliki ruang luas untuk melanjutkan pelonggaran moneter. Namun, eksekusinya memerlukan ketepatan waktu dan data. Prakiraan Agus, pelonggaran moneter bisa kembali dilakukan jika indikator pada September dan Oktober masih menunjukkan perbaikan fundamental. “Kita siap untuk easing, menyesuaikan stance moneter, lihat di September atau Oktober,” ujarnya.
Selain suku bunga acuan, BI baru-baru ini juga merelaksasi kebijakan makroprudensial pada persyaratan kredit pemilikan rumah (KPR). Rasio nilai pinjaman dari nilai rumah (loan to value/LTV) untuk KPR pertama umpama, diperbesar menjadi 85% dari semula 80%. Dengan begitu, nasabah yang tadinya harus setor uang muka 20%, kini menjadi 15%. Pelonggaran juga dilakukan untuk KPR kedua dan ketiga. Relaksasi BI diharapkan dapat mendorong laju kredit perbankan sekaligus menyungga pertumbuhan ekonomi.
Dalam kesempatan terpisah, Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai rendahnya inflasi di Tanah Air sesuatu yang sehat, terutama karena dipengaruhi penurunan harga bahan makanan (volatile food).
“Inflasi cukup sehat, meski masih bisa diturunkan mengingat negara lain lebih rendah inflasinya, sekitar 2%. Bahkan, Amerika berusaha naik ke 2%. Kita yang selama ini tidak sehat, inflasinya ketinggian. Jadi, penurunan ini tidak berbahaya,” tuturnya.
Agar dapat memperkuat pengendalian inflasi pada volatile food, pemerintah tengah menggodok skema batas harga untuk 7 komoditas. Pengendalian inflasi penting untuk menjaga konsumsi masyarakat yang merupakan salah satu motor pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Darmin meyakini, perekonomian nasional masih bisa melaju di kisar-an 5%-5,2% dengan bertumpu pada investasi. Ia sendiri tidak cemas soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baru saja diramal Dana Moneter Internasional kurang dari 5% tahun ini.
Koreksi
Sebelumnya, BI memprediksi pertumbuhan tahun ini di kisaran 4,9%-5,3%. “Untuk kuartal III, proyeksi kami ada di 5,14%, tapi kuartal IV agak turun sedikit, di bawah 5%,” kata Agus dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung Parlemen, Kamis (1/9) malam.
Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengestimasi pertumbuhan ekonomi 2016 di 5%-5,1%. Asumsi pada APBN-P 2016 adalah 5,2%.
Untuk 2017, Sri mengusulkan revisi target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2% dari semula 5,3% pada Nota Keuangan. “Saya sudah minta tim melakukan exercise, hasilnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dikoreksi 0,1% tahun depan. Jadi. saya lebih nyaman 5,2%,” kata Sri dalam rapat serupa.
Beberapa komponen lain yang direvisi yaitu target pembentukan modal tetap bruto (PMTB/investasi)yang turun dari 6,4% ke 6,1%. Ekspor dan impor diperkirakan tumbuh 0,4% dan 0,8% dari sebelumnya 1,1% dan 2,2%.
Koreksi cukup jauh ada pada konsumsi pemerintah, dari 5,4% ke 4,8%. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara menjelaskan, koreksi itu lantaran akan ada penghematan belanja barang, konsumsi, perjalanan dinas, dan sebagainya. “Belanja modal dipertahankan pemerintah semaksimal mungkin sebab pengaruhnya nanti ke PMTB,” ujar Suahasil. (Dro/Arv/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved