Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Setelah Nikel, Tembaga, dan Bauksit, Kini Batu Bara Didorong untuk Hilirisasi

Fetry Wuryasti
10/1/2023 09:49
Setelah Nikel, Tembaga, dan Bauksit, Kini Batu Bara Didorong untuk Hilirisasi
Ilustrasi(Antara)

Kebijakan reformasi struktural yang dibuat pemerintah untuk mendorong basis ekonomi dari basis komoditas menjadi basis produk terus digencarkan.

Hal ini didorong dengan pembuatan kebijakan larangan ekspor beberapa komoditas unggulan seperti nikel dan akan disusulkan atas tembaga dan bauksit, sebaga pintu gerbang.

Sementara, batu bara yang mana merupakan komoditas unggulan Indonesia sampai saat ini tidak dibatasi atau dilarang. Sebab batu bara merupakan salah satu yang terbesar atas penerimaan negara. Di samping itu, permintaannya saat ini masih tinggi, imbas terganggunya pasokan batu bara global yang digunakan sebagai salah satu sumber energi pembangkit listrik.

Kebijakan berikutnya yang didorong yaitu hilirisasi batu bara juga mampu berkontribusi terhadap peningkatan pemanfaatan energi rendah emisi sebab produk akhir hilirisasi batu bara dapat menghasilkan gas.

"Kami melihat bahwa hilirisasi batu bara ke depannya masih akan menantang mengingat fokusnya diarahkan pada peralihan menjadi energi bersih," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Selasa, (10/1).

Gasifikasi batu bara yang menghasilkan methanol, dimentyl eter, syngas, ammonia, hydrogen dan olefin. Secara teknologinya pun bervariasi yaitu hilirisasi likuefaksi batu bara yang dapat menghasilkan bensin dan solar, hilirisasi briket yang menghasilkan produk biomassa dan briket terkarbonisasi, cokes makin yang menghasilkan produk batu bara metalurgi serta pengembangan batu bara untuk kelistrikan dan industri.

Teknologi dalam mengekstraksi batu bara pun menghasilkan material maju, logam tanah jarang, asam humat dan asam fulvat. Sementara, teknologi fasilitas pencampuran menghasilkan produk kelistrikan dan penerapan batu bara bersih pada pembangkit.

Dengan dorongan hilirisasi tersebut, Kementerian ESDM menyebut ada 11 perusahaan yang telah berkomitmen dan sudah mempersiapkan proyek hilirisasi batu bara hingga 2030, yakni PT Bukit Asam yang menggarap gasifikasi batu bara menjadi dimethyl eter (DME), PT Kaltim Prima Coal dan PT Kaltim Prima Coal kerja sama proyek gasifikasi ke metanol.

Kemudian PT Arutmin Indonesia dan PT Kendilo Coal yang menggarap gasifikasi batu bara menjadi metanol. Lalu PT Multi Harapan Utama yang menggarap proyek hilirisasi semi kokas.

Adapun PT Adaro Indonesia dan PT Berau Coal berencana melakukan gasifikasi batu bara menjadi metanol/dimetil eter. PT Kideco Jaya Agung menggarap gasifikasi batu bara bawah tanah.

PT Megah Energi Khatulistiwa menggarap hilirisasi batu bara semi kokas, PT Thriveni menggarap pengembangan batu bara dan briket, serta PT Bukit Asam menggarap proyek hilirisasi batu bara menjadi briket.

"Jika melihat sumber daya batu bara yang meliimpah di dalam negeri yakni 91,6 miliar ton dengan cadangan mencapai 31,7 miliar ton yang dinilai memiliki mining life hingga 62 tahun," kata Nico. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya